tag:blogger.com,1999:blog-46445483287226602082024-03-13T20:52:54.032+07:00Penatalaksanaan MedikPenanganan | Protap | Prosedur Tetap | Gawat Darurat | Penatalaksanaan | Diagnosis and Treatment | Medis |Unknownnoreply@blogger.comBlogger30125tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-90846376199647611852012-04-05T00:49:00.000+07:002013-04-10T16:21:28.369+07:00Dermatitis Atopika<a href="http://3.bp.blogspot.com/-Qla0qOyPlEQ/T3yHorAzk7I/AAAAAAAAAIY/8TUm4TqmyOU/s1600/dermatitis+atopik.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img title="Dermatitis Atopik border="0" height="175" src="http://3.bp.blogspot.com/-Qla0qOyPlEQ/T3yHorAzk7I/AAAAAAAAAIY/8TUm4TqmyOU/s200/dermatitis+atopik.jpg" width="250" /></a> <div style="color: #990000;"><b><u>Pengertian</u></b></div><a title="Dermatitis Atopik" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/dermatitis-atopika.html">Dermatitis Atopika</a> Adalah penyakit inflamasi yang ditandai dengan erupsi kulit makulo papuler dengan kemerahan, memberi keluhan gatal yang sangat dengan penyebaran yang khas, berkembang menjadi lesi kulit dengan likenifikasi kering, ekskoriasi dan eksudasi. Sifatnya menurun ( heriditer ), ditandai dengan riwayat keluarga dengan asma, rinitis alergika atau dermatitis atopika.<br />
<span class="fullpost"> <br />
<div style="color: #990000;"><u><b>Patofisiologi :</b></u></div>1. Gangguan pada <i>Cell Mediated Immunity</i>.<br />
<blockquote class="tr_bq">Secara in vitro dapat dibuktikan adanya :<br />
<ul><li>Penurunan proliferasi limfosit terhadap mitogen.</li>
<li>Penurunan kemotaksis terhadap sel monosit dan polimorfonuklear.</li>
<li>Gangguan ini hilang pada waktu remisi, menunjukkan bahwa sifatnya adalah sementara.</li>
<li>Penurunan jumlah sel T8 ( <i>suppresor T cell</i> )</li>
<li>Penurunan regulasi IgE oleh sel T8.</li>
</ul></blockquote>2. IgE.<br />
<blockquote class="tr_bq">80 – 90 % dari penderita Dermatitis Atopik menunjukkan kadar IgE yang tinggi. Proses patologinya melalui <i>IgE dependent late phase response</i>. Dua molekul IgE pada FcI reseptor pada sel Mast atau basofil setelah dijembatani oleh antigen akan mengaktifkan sel mengeluarkan isi granulanya berupa histamin, heparin dan tryptase P ( preformed mediator ). Sementara itu Phospholipase dan metiltransferase dari membran mengkatalisa phospholipid menjadi asam arachidonat, selanjutnya dioksidasi menjadi leukotrien, prostaglandin. Mediator-mediator ini menyebabkan kelainan pada kulit.</blockquote>3. Hipersensitifitas terhadap makanan.<br />
<blockquote class="tr_bq">Makanan sebagai alergen mengaktifasi reaksi imunologis yang melibatkan IgE.</blockquote>4. Respons reseptor beta adrenergik yang tidak normal.<br />
5. Produksi keringat yang meningkat.<br />
<blockquote class="tr_bq">Pada penderita Dermatitis Atopik ada kecenderungan peningkatan produksi keringat sehubungan dengan rangsangan udara panas, latihan dan emosi. Berkeringat menimbulkan rasa gatal sehingga penderita menggaruk, meningkatkan terjadinya dermatitis dan ekskoriasi.</blockquote>6. Produksi sebum menurun, menyebabkan meningkatnya kehilangan air menimbulkan xerosis.<br />
<br />
<div style="color: #990000;"><b><u>Gejala Klinis / Symptom :</u></b></div>Ada 4 stadium gejala klinis :<br />
1. Infantil Atopic dermatitis<br />
2. Childhood Atopic dermatitis<br />
3. Adolescence Atopic dermatitis<br />
4.Adult Atopic dermatitis<br />
<br />
1. Stadium Infantil Atopic dermatitis :<br />
<blockquote class="tr_bq">Gejala mulai lebih awal dari usia 8 bulan dengan tanda-tanda dermatitis seboroika dan eritema mulai pada pipi, dahi, kepala, tangan, kaki, badan, telinga dan daerah anorektal. Lesi berupa eritema yang kasar dan kering. Rasa gatal menyebabkan bayi menjadi mudah terangsang ( iritable ) dan tidurnya terganggu. Pada 18 bulan lesi bisa meliputi seluruh ekstremitas terutama daerah fleksor.</blockquote>2. Stadium Childhood Atopic dermatitis :<br />
<blockquote class="tr_bq">Merupakan lanjutan dari stadium Infantil Atopic dermatitis dengan ada periode sembuh diantaranya. Gambaran yang khas adalah kulit yang kering ( xerosis ) terutama pada lipatan antekubiti dan lipatan poplitea daerah fleksor, sudut mulut dan daun telinga. Lesi bersifat kurang eksematis tapi lebih kering disertai papula dengan diameter antara 0,5 – 1 mm.</blockquote>3 & 4 . Stadium Adolescence dan Adult :<br />
<blockquote class="tr_bq">Lesi terutama berupa bercak luas likenifikasi dikelilingi papula yang mengalami krustasi. Lokasi terutama pada lipatan antekubiti dan lipatan poplitea, muka, leher, kelopak mata, pergelangan tangan/kaki. </blockquote><br />
<div style="color: #990000;"><u><b>Cara Pemeriksaan :</b></u></div>Cara pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa meliputi :<br />
1. Anamnesa :<br />
<ul><li>Riwayat penyakit</li>
<li>Riwayat pengobatan</li>
<li>Hubungan dengan makanan</li>
<li>Masalah yang dihadapi misalnya infeksi kulit</li>
<li>Riwayat keluarga.</li>
</ul>2. Pemeriksaan Fisik :<br />
<ul><li>Sifat lesi</li>
<li>Distribusi dari lesi</li>
<li>Derajat kekeringan/inflamasi</li>
<li>Respon terhadap tekanan benda tumpul</li>
<li>Tanda-tanda alergi lain misalnya rinitis alergika, asma bronkiale.</li>
</ul>3. Pemeriksaan Laboratorium :<br />
<ul><li>Hitung Eosinofil : untuk mengetahui adanya atopi</li>
<li>Hematokrit</li>
<li>Hapusan mukosa hidung</li>
<li>Kultur kuman L untuk mengetahui adanya komplikasi infeksi dan menentukan pengobatan.</li>
<li>Uji kulit : untuk mengetahui adanya IgE spesifik pada sel Mast pada kulit.</li>
<li>IgE total dan spesifik.</li>
</ul><div style="color: #990000;"><b><u>Diagnosa Banding :</u></b></div>Beberapa penyakit kulit menyerupai dermatitis atopik :<br />
1. Dermatitis Seboroika :<br />
<blockquote class="tr_bq">Terjadi terutama pada bayi, sangat menyerupai Dermatitis Atopik. Mulai pada minggu 2 – 10 setelah lahir, seringkali menghilang 3 – 4 minggu. Gambaran kelainan kulit terutama eritema dan pembentukan sisik berbatas jelas berbentuk bulat atau oval melebar, ada kemungkinan menyatu. Sisik berwarna kecoklatan berminyak terutama daerah kepala dan fleksor. Infeksi sekunder sering oleh kandida albikan.</blockquote>2. Leiner’s disease ( Erythroderms desquamativa ) :<br />
<blockquote class="tr_bq">Adalah dermatitis eksfoliativa pada bayi. Biasanya disertai pembesaran kelenjar regional dan diare yang berkepanjangan. Satu bentuk familial dari penyakit ini adalah defisiensi komplemen 5. Tanda-tandanya adalah kegagalan pertumbuhan, diare dan sepsis berulang.</blockquote>3. Kandidiasis kulit.<br />
<blockquote class="tr_bq">Lokasi biasanya pada daerah sela-sela yang basah. Lesi berupa eritema dengan batas tajam disertai sisik dikelilingi oleh vesikula atau pustula.</blockquote>4. Lichen simplex chronicus<br />
5. Dermatitis kontak<br />
6. Reaksi obat<br />
7. Chronic Exfoliative Dermatitis<br />
8. Psoriasis<br />
<br />
<div style="color: #990000;"><b><u>Komplikasi :</u></b></div>1. Infeksi kulit dengan bakteri dan virus :<br />
<ul><li>Impetigo</li>
<li>Folikulitis</li>
<li>Abses</li>
<li>Vaccinia</li>
<li>Moluskum kontagiosum</li>
<li>Herpes.</li>
</ul><br />
2. Pada mata :<br />
<ul><li>Keratoconus</li>
<li>Katarak.</li>
</ul>3. Nefritis.<br />
<br />
<div style="color: #990000;"><b><u>Penatalaksanaan Medik :</u></b></div>Penatalaksanaan meliputi 2 bagian :<br />
1. Perawatan kulit.<br />
2. Perawatan umum.<br />
<blockquote class="tr_bq"><b><u>Perawatan Kulit :</u></b><br />
Fase akut : jika dalam keadaan inflamasi : oozing dan krustasi sebaiknya diberi antibiotika. Wet dressing dengan solusio Burowi selama 15 – 30 menit 4 kali sehari membantu mengurangi inflamasi dan menghilangkan krusta dan eksudat. Dilakukan tidak lebih dari 3 hari.<br />
Fase sub akut dan kronis : cuci dengan air dan penggunaan emolient dan kortikosteroid.</blockquote><br />
<blockquote class="tr_bq"><b><u>Perawatan Umum :</u></b><br />
<ul><li>Mengatasi infeksi</li>
<li>Antihistamin : Hydroxizin ( Atarax ) dimulai dengan 10 mg tiap 6 jam naikkan 5 mg tiap 3 – 5 hari sampai gatal dihilangkan. Bisa juga diberi Diphenhydramin (Benadryl).</li>
<li>Diet.</li>
<li>Kontrol lingkungan pada penderita yang sensitif terhadap debu kapuk, bulu kucing, bulu anjing.</li>
<li>Konsultasi psikologi pada penderita dengan pencetus emosi.</li>
<li>Imunoterapi : merupakan bagian dari desensitisasi terhadap alergi debu rumah pada penderita atopik dermatitis yang menyertai Asma bronkiale.</li>
</ul></blockquote>Tags : <a title="Atopic Dermatitis"href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/dermatitis-atopika.html">Atopic dermatitis</a>,<a title="Dermatitis Atopik" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/dermatitis-atopika.html"> Dermatitis Atopik</a>, <a title="Protap Dermatitis Atopik" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/dermatitis-atopika.html">Protap Dermatitis Atopik</a>, <a title="Prosedur Tetap Dermatitis Atopik" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/dermatitis-atopika.html">Prosedur tetap Dermatitis Atopik</a>, <a title="Penatalaksanaan Dermatitis Atopik" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/dermatitis-atopika.html">Penatalaksanaan Dermatitis Atopik</a>, <a title="Pengertian Dermatitis Atopik" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/dermatitis-atopika.html">Pengertian Dermatitis Atopik</a>, <a title="Gejala Dermatitis Atopik"href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/dermatitis-atopika.html">Gejala Dermatitis Atopik</a>, <a title="Pengobatan Dermatitis Atopik" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/dermatitis-atopika.html">Pengobatan Dermatitis Atopik</a>, <a title="Patofisiologi Dermatitis Atopik" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/dermatitis-atopika.html">Patofisiologi Dermatitis Atopik</a><br />
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-51522827187618805512012-04-05T00:02:00.001+07:002012-04-05T00:10:50.144+07:00Meningokel dan Ensefalokel - Prosedur Tetap<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-YpQ8EF-BLTk/T3x-Jkn9XFI/AAAAAAAAAIQ/N_m-gbUMwDQ/s1600/meningokel.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://4.bp.blogspot.com/-YpQ8EF-BLTk/T3x-Jkn9XFI/AAAAAAAAAIQ/N_m-gbUMwDQ/s200/meningokel.jpg" width="250" /></a></div><div style="color: #990000;"><b><u>Pengertian</u></b></div><a title="Pengertian Meningokel dan Ensefalokel" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/meningokel-dan-ensefalokel-prosedur.html">Meningokel/ensefalokel</a> ialah penonjolan bagian dari otak melalui defek tulang karena kelainan kongenital.<br />
<div style="color: #990000;"><br />
</div><div style="color: #990000;"><b><u>Patofisiologi</u></b></div>Oleh karena sebab-sebab yang belum diketahui dengan pasti, terjadi kegagalan fusi digaris tengah dalam pembentukan "<i>neural tube</i>".<br />
<span class="fullpost"> <br />
<div style="color: #990000;"><b><u>Gejala Klinis :</u></b></div><ul><li>Benjolan yang ada sejak lahir dan cenderung membesar</li>
<li>Terletak di garis tengah, terutama di daerah naso fronto orbital.</li>
<li>Kistik, lunak :</li>
</ul><blockquote class="tr_bq">• Berhubungan dengan ruang intrakranial<br />
• Ditekan mengempis, dilepas menonjol lagi.<br />
• Bila mengejan atau manangis benjolan jadi lebih tegang.<br />
• Pulsasi.</blockquote><div style="color: #990000;"><u><b>Diagnosis</b></u></div>1. Atas dasar gejala klinis<br />
2. Pemeriksaan penunjang:<br />
<ul><li>X foto kepala : untuk melihat deformitas</li>
<li>USG : untuk melihat isi benjolan dan kelainan hidrosefalus</li>
<li>CT Scan : untuk melihat kelainan kongenital lain yang menyertai seperti anensefali,hidrosefalus dan melihat lokasi serta besarnya defek tulang.</li>
</ul><div style="color: #990000;"><b><u>Diagnosis Banding:</u></b></div><ul><li>Kista dermoid.</li>
<li>Mukokel</li>
<li>Hemangioma</li>
</ul><br />
<div style="color: #990000;"><u><b>Penatalaksanaan Medik:</b></u></div><ul><li>Terapi : pembedahan</li>
<li>Indikasi : kosmetik dan mencegah herniasi bagian otak lebih lanjut.</li>
<li>Dikerjakan : Eksisi dan menutup defek dura dan tulang serta tindakan kosmetik yang diperlukan.</li>
</ul><blockquote class="tr_bq">Macam:<br />
• Transkranial Frontal/ Subfrontal : bila mungkin sesudah umur 1tahun.<br />
• Ekstrakranial : sekitar umur 5 bulan</blockquote><ul><li>Pembedahan dikerjakan lebih dini bila :</li>
</ul><blockquote class="tr_bq">• Ada kebocoran cairan otak.<br />
• Cepat membesar.<br />
• Perawatan sulit.<br />
• Ada hidrosefalus</blockquote>Tags : <a Title="Protap Meningokel dan Ensefalokel" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/meningokel-dan-ensefalokel-prosedur.html">Protap Meningokel dan Ensefalokel</a>, <a Title="Prosedur Tetap Meningokel dan Ensefalokel" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/meningokel-dan-ensefalokel-prosedur.html">Prosedur Tetap Meningokel dan Ensefalokel</a>, <a Title="Penatalaksanaan Meningokel dan Ensefalokel" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/meningokel-dan-ensefalokel-prosedur.html">Penatalaksanaan Meningokel dan Ensefalokel</a>, <a Title="Pengertian Meningokel dan Ensefalokel" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/meningokel-dan-ensefalokel-prosedur.html">Pengertian Meningokel dan Ensefalokel</a>, <a Title="Patofisiologi Meningokel dan Ensefalokel" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/meningokel-dan-ensefalokel-prosedur.html">Patofisiologi Meningokel dan Ensefalokel</a>, <a Title="Gejala Meningokel dan Ensefalokel" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/meningokel-dan-ensefalokel-prosedur.html">Gejala Meningokel dan Ensefalokel</a>, <a Title="Diagnosa Meningokel dan Ensefalokel" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/meningokel-dan-ensefalokel-prosedur.html">Diagnosa Meningokel dan Ensefalokel</a><br />
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-25680257145145678522012-04-04T15:36:00.001+07:002012-04-05T00:10:50.145+07:00Kolera (Cholera)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-ohMr1slEdYA/T3wHk3u6FVI/AAAAAAAAAII/s-IqfWAxGls/s1600/Kolera.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="175" src="http://2.bp.blogspot.com/-ohMr1slEdYA/T3wHk3u6FVI/AAAAAAAAAII/s-IqfWAxGls/s200/Kolera.jpg" width="250" /></a></div><b style="color: #990000;"><u>Pengertian </u></b><br />
Kolera (Cholera) : adalah penyakit diare akut yang disebabkan oleh Vibrio cholerae.<br />
<br />
<div style="color: #990000;"><u><b>Patofisiologi :</b></u></div> <br />
<ul><li>V. cholerae kuman Gram negatif, berupa batang yang pendek agak bengkok, aerob, dengan satu flagellum pada ujungnya.</li>
<li>2 biotipe : V. cholerae klasik dan vibrio El Tor</li>
<li>2 Serotipe : Inaba dan Ogawa.</li></ul><span class="fullpost"> <br />
<ul><li>Penularan dengan air atau makanan yang tercemar.</li>
<li>Setelah penularan oral V. cholerae berkembang biak di usus halus dan mengeluarkan eksotoksin..</li>
<li>Eksotoksin bekerja pada mukosa usus halus dan menyebabkan ekskresi air dan elektrolit.</li>
<li>Jumlah cairan elektrolit ini melampaui kemampuan absorbsi kolon dan keluar sebagai tinja yang cair.</li>
<li>Tinja isotonis dengan plasma, tetapi konsentrasi bikarbonat dan kalium lebih tinggi daripada plasma.</li>
<li>Akibatnya terjadi dehidrasi, hipovolemia, asidosis, dan hipokalemia.</li>
<li>Tidak terjadi kelainan morfologis pada mukosa usus halus.</li>
</ul><br />
<div style="color: #990000;"><b><u>Gejala Klinis :</u></b></div><ul><li>Masa tunas 12 jam sampai 6 hari.</li>
<li>Permulaan akut dengan diare yang cair </li>
<li>Muntah</li>
<li>Tanda-tanda dehidrasi : turgor kulit berkurang, kulit jari-jari mengkerut, mata dan pipi cekung, mulut dan lidah kering, haus, suara parau, kejang otot-otot tungkai dan dinding perut.</li>
<li>Tanda-tanda renjatan : tekanan darah turun, nadi cepat dan lemah, pernapasan cepat, penderita gelisah, berkeringat dingin, sianosis, oliguria sampai anuria.</li>
<li>Diare berhenti sendiri setelah beberapa hari.</li>
</ul><br />
<u style="color: #990000;"><b>Pemeriksaan dan Diagnosa</b></u> :<br />
<ul><li>Biakan tinja atas V. cholerae positif </li>
<li>Berat jenis plasma meningkat</li>
<li>Kratinin serum, nitrogen urea darah meningkat.</li>
</ul><br />
<div style="color: #990000;"><u><b>Diagnosis Banding :</b></u></div>Diare akut yang cair karena non-agglutinable vibrio, V. parahemolyticus, E. coli patogen, Salmonella, Shigella dysenteriae, Clostridium perfringens, Enterovirus.<br />
<br />
<div style="color: #990000;"><b><u>Penatalaksanaan Medik :</u></b></div><ul><li>Indikasi perawatan di rumah sakit : diare dan muntah-muntah yang berat dan tanda-tanda renjatan.</li>
<li>Penggantian air dan elektrolit per os atau intravena.</li>
<li>Per os dengan oralit, yang mengandung natrium klorida 3,5 g, kalium klorida 1,5 g, natrium bikarbonat 2,5 g, glukosa 20 g untuk 1000 ml air.</li>
<li>Pada penderita kolera ringan atau sedang, rehidrasi sebanyak 750 ml tiap jam selama 4 jam.</li>
<li>Pemberian selanjutnya disesuaikan dengan volume tinja.</li>
<li>Intravena dengan larutan Ringer Laktat.</li>
<li>Pada penderita kolera berat, rehidrasi </li>
<li>Berdasarkan gejala klinis sebanyak ( liter ) :</li>
</ul><blockquote>- Dehidrasi ringan : 2% berat badan<br />
- Dehidrasi sedang : 5% berat badan<br />
- Dehidrasi berat : 8% berat badan.</blockquote><ul><li>Berdasarkan berat jenis plasma, sebanyak ( ml ) :</li>
</ul><br />
<blockquote class="tr_bq"><blockquote class="tr_bq"><blockquote class="tr_bq"><div style="text-align: justify;"><u>Berat jenis plasma penderita – 1,025 x berat badan x 4</u></div></blockquote></blockquote></blockquote><div style="text-align: center;">0,001 </div><br />
<ul><li>Antibiotika : Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 3 hari.</li>
</ul><br />
<div style="color: #990000;"><b><u>Komplikasi :</u></b></div><ul><li>Akibat kekurangan caira /elektrolit :</li>
<li>Renjatan dan dehidrasi tidak teratasi</li>
<li>Nekrosis tubuli ginjal akibat hipovolemia dan hipokalemia</li>
<li>Ileus paralitik karena hipokalemia</li>
<li>Aritmia jantung karena hipokalemia</li>
<li>Edema paru karena asidosis</li>
<li>Akibat kelebihan cairan/elektrolit :</li>
<li>Payah jantung kongestif akut</li>
<li>Abortus spontan pada wanita hamil. </li>
</ul>Tags : <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/k-olera-cholera.html">Pengertian Kolera</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/k-olera-cholera.html">Patofisiologi Kolera</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/k-olera-cholera.html">Diagnosa Kolera</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/k-olera-cholera.html">Pengobatan Koleran Komplikasi Kolera</a><br />
</span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-1774790484645679782012-04-04T14:58:00.001+07:002012-04-04T15:01:49.758+07:00Sinusitis Maksilaris Kronik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-tGlLE5kqaMs/T3v-LVq4kXI/AAAAAAAAAIA/ONivwpffzlo/s1600/Sinusitis+Maksilaris.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="155" src="http://3.bp.blogspot.com/-tGlLE5kqaMs/T3v-LVq4kXI/AAAAAAAAAIA/ONivwpffzlo/s200/Sinusitis+Maksilaris.jpg" width="250" /></a></div><div style="color: #990000;"><u><b>Pengertian</b></u></div><b><a Title="Sinusitis Maksilaris Kronik" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/sinusitis-maksilaris-kronik.html">Sinusitis Maksilaris Kronik</a></b> adalah sinusitis maksilaris yang telah menimbulkan perubahan histologis pada mukosa, yakni fibrosis dan metaplasi skuamosa.<br />
<br />
<div style="color: #990000;"><u><b>Patofisiologi</b></u></div><b>Rinogen:</b><br />
Obstruksi ostium sinus maksilaris yang kronik ( mis. karena deviasi septum nasi, ipertrofi konka media, polip hidung ), menimbulkan terjadinya perubahan ireversibel pada mukosa sinus maksilaris:<br />
• Hipertrofi / polipoid.<br />
• Atrofi<br />
<span class="fullpost"> <br />
<b>Dentogen:</b><br />
Infeksi gigi geraham atas, kuman penyebab: aerob/anaerob.<br />
<br />
<u><b style="color: #990000;">Gejala Klinik</b></u><br />
• Pilek berbau, kental, biasanya satu sisi.<br />
• Rasa kering pada tenggorokan, tenggorokan berlendir.<br />
• Batuk - Batuk.<br />
• Nyeri kepala jarang ada.<br />
• Badan tidak panas.<br />
<br />
<div style="color: #990000;"><u><b>Diagnosis</b></u></div>1. Anamnesis yang cermat dan teliti<br />
2. Pemeriksaan fisik :<br />
<blockquote class="tr_bq">• Rinoskopi anterior:<br />
<ul><li>mukosa oedema</li>
<li>mukosa hiperemi</li>
<li>mukopus di meatus medius.</li>
<li>dijumpai penyebab obstruksi kronik ostium sinus (mis. deviasi septum)</li>
</ul>• Rinoskopi posterior: mukopus di nasofaring.<br />
• Nyeri tekan pipi tidak jelas.<br />
• Transiluminasi: gelap pada sisi yang sakit.<br />
• Bila dentogen, ada karies pada geraham atas di sisi yang sakit. </blockquote>3. Pemeriksaan tambaban<br />
<blockquote class="tr_bq">X-foto Water, (bila ragu): kesuraman pada sisi yang sakit / penebalan mukosa.</blockquote><br />
<u style="color: #990000;"><b>Diagnosis Banding</b></u><br />
• Karsinoma sinus maksilaris<br />
• Ozaena<br />
• Benda asing rongga hidung ( anak - anak )<br />
<br />
<br />
<div style="color: #990000;"><b><u>Penyulit</u></b></div>• Otitis Media Purulenta<br />
• Sinusitis frontal / Etmoid<br />
• Dakriosistitis <br />
• Laringitis<br />
• Osteomielitis<br />
• Trombosis Sinus Kavemosus<br />
<br />
<div style="color: #990000;"><u><b>Therapi</b></u></div><ol><li>Pengobatan terhadap obstruksi ostium (misal. koreksi terhadap deviasi septum nasi ).</li>
<li>Pengobatan terhadap penyebab dentogen.</li>
<li>Irigasi siaiis maksilaris setiap mmggu (ICOPIM 5-221), dilakukan sampai kurang lebih 5 kali. Bila tidak banyak kemajuan diperkirakan perubahan mukosa sudah ireversibel.</li>
<li>Operasi Caldwell Luc (bila perubahan mukosa sudah ireversibel)</li>
</ol>Tags : <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/sinusitis-maksilaris-kronik.html">Sinusitis Maksilaris Kronik</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/sinusitis-maksilaris-kronik.html">Sinusitis Maksilaris Kronis</a>,<a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/sinusitis-maksilaris-kronik.html"> Pathofisiologi Sinusitis Maksilaris</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/sinusitis-maksilaris-kronik.html">Etiologi Sinusitis Maksilaris</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/sinusitis-maksilaris-kronik.html">Therapi Sinusitis Maksilaris</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/04/sinusitis-maksilaris-kronik.html">Sign ang Symptom Sinusitis Maksilaris</a><br />
<br />
<br />
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-18649871218684243342012-02-23T01:19:00.001+07:002012-02-23T01:32:08.756+07:00Penatalaksanaan Gigitan Ular<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-N4LNqxujiU8/T0Uw79ySglI/AAAAAAAAAHs/tWQbFEa-ey4/s1600/gigitan+ular.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="http://2.bp.blogspot.com/-N4LNqxujiU8/T0Uw79ySglI/AAAAAAAAAHs/tWQbFEa-ey4/s200/gigitan+ular.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gigitan ular (<a href="http://health.detik.com/" target="_blank">health.detik.com</a>)</td></tr>
</tbody></table>Diperlukan sikap yang cermat dalam penanganan gigitan ular<br />
Sikap hati-hati dalam penentukan apakah luka gigitan disebabkan ular berbisa atau bukan<br />
<b>Cara menentukan gigitan ular berbisa atau tidak :</b><br />
<ul><li><i>Ular yang mengigit</i> : Hal ini sangat sulit karena biasanya ular yang menggit tidak berhasil ditemukan</li>
<li><i>Bekas Gigitan</i></li>
</ul><span class="fullpost"> <br />
<b>Beda gigitan ular berbisa dengan ular tidak berbisa :</b><br />
<br />
<u><i>Ular beracun / berbisa: </i></u><br />
<ul><li>Bekas luka gigitan hanya 2 lubang berjajar</li>
<li>Luka bekas gigitan ada gangguan perdarahan</li>
<li>Didapatkan ecchymosis</li>
<li>Bengkak, didapatkan vesicula sampai dengan nekrosis </li>
</ul><br />
<u><i>Ular tidak beracun / tidak berbisa:</i></u><br />
<ul><li>Bekas luka gigitan ada 4 lubang berderet</li>
<li>Luka berbentuk goresan yang tidak dalam</li>
<li>Tidak didapatkan</li>
<li>Bisa berupa luka robek</li>
</ul><br />
Tanda-tanda klinis<br />
<ul><li>Pada ular tak berbisa tidak didapatkan tanda-tanda klinis</li>
<li>Pada ular berbisa tanda klinis tampak dalam beberapa menit bergantung pada jenis ular, jumlah toksin yang masuk dan tempat gigitan</li>
</ul>Tanda klinis bisa berupa :<br />
<i>a. Lokal</i><br />
<ul><li>Kulit sekitar tampak oedema bisa terlhat vesicle sampai necrosis</li>
<li>Perdarahan sulit berhenti atau adanya ecchymosis</li>
<li>Kulit menjadi hipersensitif atau kadang anaestesi</li>
</ul><br />
<i>b. Sistemik</i><br />
<ul><li>Hemolisis</li>
<li>Gangguan pembekuan darah</li>
<li>Terjadi perdarahan spontan : epistaksis, hematuria</li>
<li>Nyeri kepala</li>
<li>Disorientasi</li>
<li>Mual, muntah</li>
<li>Berkeringat banyak</li>
<li>Kejang</li>
<li>Nadi meningkat tensi turun</li>
<li>Gangguan pernafasan</li>
<li>Penurunan kesadaran sampai coma</li>
</ul><br />
<b>Penatalaksanaan</b><br />
<ol><li>Lakukan anamnesa dengan cermat; jenis ular, kapan dan dimana terjadinya</li>
<li>Periksa tempat gigitan dan cari tanda-tanda klinis</li>
<li>Berikan corticosteroid</li>
<li>Berikan antibiotika</li>
<li>Berikan SABU (Serum Anti Bisa Ular) dengan melakukan test kulit terlebih dahulu</li>
</ol><br />
<div style="color: red;"><b>PERHATIAN</b></div><br />
SABU hanya diberikan bila ada tanda-tanda klinis toksin, <br />
Tidak boleh diberikan untuk profilaksis<br />
</span>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-42040197207277111142012-02-23T00:43:00.000+07:002012-02-23T00:43:27.220+07:00Penatalaksanaan Gigitan Anjing<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-K70zC_ds2nQ/T0UmL1isJsI/AAAAAAAAAHk/aiyEP9nmPPs/s1600/Gigitan+anjing.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="128" src="http://4.bp.blogspot.com/-K70zC_ds2nQ/T0UmL1isJsI/AAAAAAAAAHk/aiyEP9nmPPs/s200/Gigitan+anjing.jpg" title="Gigitan Anjing" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gigitan Anjing (<a href="http://article.wn.com/" target="_blank">article.wn.com</a>)</td></tr>
</tbody></table>Gigitan anjing bisa merngakibatkan :<br />
<ul><li>Luka tusuk </li>
<li>Luka robek</li>
<li>Penularan virus Rabies ( yang paling berbahaya )</li>
</ul>Perawatan luka :<br />
1. Lakukan pencucian dengan air sabun<br />
2. Pada luka tusuk :<br />
<blockquote class="tr_bq">• Lakukan cross incisi<br />
• Cuci dengan perhidrol<br />
• Bilas dengan boorwater<br />
• Lakukan cauterisasi dengan Asam nitrat untuk mematikan virus Rabies</blockquote><span class="fullpost"> <br />
3. Pada luka robek :<br />
<blockquote class="tr_bq">• Cuci dengan perhidrol<br />
• Bilas dngan boorwater<br />
• Lakukan debridement<br />
• Cauterisasi dengan Asam nitrat<br />
• Lakukan <a alt="protap penjahitan luka, SOP penjahitan Luka, cara menjahit luka" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2009/08/penjahitan-luka-perawatannya.html" title="Prosedur menjahit luka">Penjahitan Luka</a></blockquote><br />
<b>Penatalaksanaan untuk mengantipasi Rabies</b><br />
I. Bila binatang penggigit ditemukan<br />
a. Lapor ke Dinas Kesehatan untuk dilakukan karantina<br />
b. Binatang tetap hidup :<br />
<ul><li>Daerah endemik lakukan imunisasi aktif</li>
<li>Daerah non endemik tak perlu tindakan</li>
</ul>c. Binatang mati : kirim preparat otaknya untuk diperiksa<br />
<ul><li>Daerah endemik lakukan imunisasi pasif sambil menunggu hasil pemeriksaan</li>
</ul><blockquote class="tr_bq"><ul><li>Bila hasil preparat Rabies positif dilanjutkan dengan imunisasi aktif</li>
<li>Bila preparat negatif tidak perlu imunisasi lanjutan</li>
</ul></blockquote><ul><li>Daerah non endemik lakukan imunisasi aktif</li>
</ul><blockquote class="tr_bq"><ul><li>Bila hasil preparat positif diberikan imunisasi pasif</li>
<li>Bila negarif tak perlu imunisasi tambahan</li>
</ul></blockquote><br />
II. Bila binatang tak diketemukan<br />
<ul><li>Daerah endemis berikan imunisasi pasif</li>
<li>Daerah non endemis berika imunisasi aktif</li>
</ul><br />
III. Bila binatang terbunuh : kirimkan otaknya untuk diperiksa<br />
<ul><li>Daerah endemis berikan imunisasi pasif</li>
<li>Daerah non endemis berikan imunisasi aktif</li>
</ul></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-76955337403829730032012-02-22T23:57:00.003+07:002012-02-23T01:21:17.321+07:00Prosedur Penatalaksanaan Luka Gigitan<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-gjHCWyMyVUI/T0Udg6bpjTI/AAAAAAAAAHc/IA-DxVW_0aI/s1600/Luka+Gigitan.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="157" src="http://3.bp.blogspot.com/-gjHCWyMyVUI/T0Udg6bpjTI/AAAAAAAAAHc/IA-DxVW_0aI/s200/Luka+Gigitan.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar Luka Gigitan ( <a href="http://bungakurnia.com/" target="_blank">bungakurnia.com</a> )</td></tr>
</tbody></table><span id="goog_43340616"></span><span id="goog_43340617"></span>Luka gigitan adalah luka yang diakibatkan oleh gigitan atau sengatan mulai dari mahluk yang paling kecil ( semut ) sampai mahluk yang paling besar ( ikan paus ) atau bahkan oleh mahluk yang beradab yakni manusia.<br />
Akibat gigitan bisa terjadi ;<br />
• Luka <br />
• Infeksi<br />
• Akibat bisa atau racun<br />
<br />
<span class="fullpost"><br />
<a title="Penanganan Luka Gigitan" alt=perawatan luka gigitan, penanganan luka gigitan, prosedur luka gigitan, SOP Luka Gigitan, Prosedur Medik Luka Gigitan, Cara merawat Luka Gigitan, Pengobatan Luka Gigitan" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/02/prosedur-penatalaksanaan-luka-gigitan.html"><b>Penanganan Luka Gigitan</b></a><br />
Secara umum penatalaksanaan meliputi :<br />
<b>A. Perawatan luka :</b><br />
1. Luka tusuk ( Vulnus ictum )<br />
<ul><li>Dilakukan cross incisi untuk membuat suasana aerob</li>
<li>Dicuci dengan perhidrol </li>
<li>Dibilas dengan boor water</li>
</ul><br />
2. Luka terbuka ( Vulnus appertum )<br />
<br />
<ul><li>Dicuci dengan perhidrol dan boor water</li>
<li>Dilakukan debridement</li>
<li>Dilakukan <a title="Prosedur menjahit luka" alt="protap penjahitan luka, SOP penjahitan Luka, cara menjahit luka" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2009/08/penjahitan-luka-perawatannya.html">Penjahitan Luka</a></li>
</ul><br />
3. Amputasi<br />
<ul><li>Dilakukan hemostasis</li>
<li>Merawat stomp amputasi</li>
</ul><br />
<b>B. Perawatan Infeksi</b><br />
<blockquote class="tr_bq">Perawatan bergantung pada kuman penyebab</blockquote><br />
<b>C. Perawatan akibat toksin</b><br />
<ul><li>Akibat toksin yang berbahaya adalah distress nafas dan gangguan sirkulasi</li>
<li>Perawatan seperti perawatan Basic Life Support</li>
<li>Pemberian antidotum</li>
</ul><br />
Secara spesifik <a title="Perawatan Luka Gigitan" alt=perawatan luka gigitan, penanganan luka gigitan, prosedur luka gigitan, SOP Luka Gigitan, Prosedur Medik Luka Gigitan, Cara merawat Luka Gigitan, Pengobatan Luka Gigitan" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/02/prosedur-penatalaksanaan-luka-gigitan.html">perawatan Luka Gigitan</a> bergantung pada penyebab gigitan. Untuk Spesifik <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/02/prosedur-penatalaksanaan-luka-gigitan.html" title="Penanganan Luka Gigitan">penanganan luka gigitan</a> dapat di baca di postingan di bawah ini <br />
<br />
<b><a title="Penatalaksanaan Gigitan Anjing" alt="perawatan luka gigitan anjing, penanganan luka gigitan anjing, prosedur luka gigitan anjing, SOP Luka Gigitan anjing, Prosedur Medik Luka Gigitan anjing, Cara merawat Luka Gigitan anjing, Pengobatan Luka Gigitan Anjing" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/02/penatalaksanaan-gigitan-anjing.html">Penatalaksanaan Gigitan Anjing</a></b><br />
<b><a title="Penatalaksanaan Gigitan Ular" alt="luka gigitan ular, ciri ular berbiasa, ciri ular tidak berbisa, pengobatan digigit ular, gejala digigit ular berbisa" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/02/penatalaksanaan-gigitan-ular.html">Penatalaksanaan Gigitan Ular</a></b><br />
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-82039346622231521312012-01-10T08:46:00.003+07:002012-04-04T15:03:27.900+07:00Penatalaksanaan Kanker Nasfaring<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-vPfnGgusLJ4/TwuYPBb_dAI/AAAAAAAAAGM/bXa6wSxph9k/s1600/Kanker-nasofaring.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://2.bp.blogspot.com/-vPfnGgusLJ4/TwuYPBb_dAI/AAAAAAAAAGM/bXa6wSxph9k/s200/Kanker-nasofaring.jpg" width="178" /></a></div><br />
<a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/01/penatalaksanaan-kanker-nasofaring.html">Kanker / Cancer /Karsinoma Nasofaring</a> adalah tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring<br />
<br />
ETIOLOGI<br />
Penyebab timbulnya karsinoma nasofaring masih belum jelas. Namun banyak yang berpendapat bahwa berdasarkan penelitian-penelitian epidemiologik dan eksperimental, ada tiga faktor yang berpengaruh, yakni:<br />
• Faktor genetik (ras mongolid)<br />
• Faktor virus (virus EIPSTEIN BARR)<br />
• Faktor lingkungan ( polusi asap kayu bakar, bahan karsinogenik, dll )<br />
<span class="fullpost"> <br />
Banyak ditemukan pada usia 40-50 tahun, laki-laki lebih banyak daripada wanita dengan perbandingan 3 : 1<br />
<br />
HISTOPATOLOGI<br />
Klasifikasi histopatologi menurut WHO (1982) :<br />
TipeWHO 1:<br />
• Termasuk disini Karsinoma sel skuamosa (KSS).<br />
• Diferensiasi baik sampai sedang.<br />
• Sering eksofitik (tumbuh di permukaan).<br />
<br />
TipeWHO 2:<br />
• Termasuk disini Karsinoma non keratinisasi (KNK)<br />
• Paling banyakvariasmya.<br />
• Menyerupai karsinoma transisional.<br />
<br />
TipeWHO 3:<br />
• Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD)<br />
• Termasuk disini antara lain: limfoepitelioma, karsinoma anaplastik, "clear cinoma", varian sel spindel.<br />
• Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.<br />
<br />
<br />
<br />
Tipe WHO Indonesia Cina<br />
1 29 % 35 %<br />
2 14 % 23 %<br />
3 57 % 42 %<br />
<br />
Menurut UICC (1987) pembagian TNM adalah sebagai berikut:<br />
Tl = Tumor terbatas pada satu sisi nasofaring.<br />
T2 = Tumor terdapat lebih dari satu bagian nasofaring.<br />
T3 = Tumor menyebar ke rongga hidung atau orofaring.<br />
T4 = Tumor menyebar ke endokranium atau mengenai syaraf otak.<br />
Nl = Metastasis ke kelenjar getah bening pada sisi yang sama, mobil.soliter dan berukuran kurang/sama dengan 3 cm.<br />
N2 = Metastasis pada satu kelenjar pada sisi yang sama dengan ukuran lebih dari 3 cm tetapi kurang dari 6 cm, atau multipel dengan ukuran terbesar kurang dari 6 cm, atau bilateral/kontralateral dengan ukuran terbesar kurang dari 6 cm.<br />
N3 = Metastasis pada kelenjar getah bening ukuran lebih besar dari 6 cm.<br />
Mo = Tidak ada metastatis jauh.<br />
MI = Didapatkan metastasis jauh.<br />
<br />
Penentuan Stadium<br />
Stadium I Tl NO MO<br />
Stadium II T2 NO MO<br />
Stadium III T3 NO MO<br />
Tl-3 Nl MO<br />
Stadium IV T4 NO-1 MO<br />
semuaT N2-3 MO<br />
semuaT semuaN M1<br />
<br />
<br />
GEJALAKLINIK<br />
1. Gejala dini: merupakan gejala pada saat tumor masih terbatas pada nasofaring<br />
<blockquote class="tr_bq">• Telinga : tinitus, pendengaran berkurang, grebek-grebek.<br />
• Hidung : pilek kronik, ingus/dahak bercampur darah.</blockquote>2. Gejala lanjut : merupakan gejala yang timbul oleh penyebaran tumor secara ekspansif, infiltratif, dan metastasis.<br />
<i>- Ekspansif :</i><br />
<ul><li>Ke muka: menyumbat koane, terjadi buntu hidung.</li>
<li>Ke bawah: mendesak palatum mole; "bombans". terjadi gauggiian menelan/sesak.</li>
</ul><i>- Infiltratif</i><br />
<ul><li>Ke atas : masuk ke foramen laserum, menyebabkan sakit kepala, parese paralisis N III, IV, V, VI secara sendiri atau bersama-sama, menyebabkan gangguan pada mata (ptosis, diplopi, oftalmoplegi, neuralgi trigeminal).</li>
<li>Ke samping:</li>
</ul><blockquote class="tr_bq">Menekan N IX, X : paresis palatum mole, faring, gangguan menelan.<br />
Menekan N XI : gangguan fungsi otot sternokleido mastoideus dan otot trapezius<br />
Menekan N XII : deviasi lidah.</blockquote><i>- Metastasis</i><br />
<ul><li>Melalui aliran getah bening, menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening leher. ( kaudal dari ujung mastoid, dorsal dari angulus mandibula, media dari otot sternokleido mastoideus ).</li>
<li>Metastasis jauh ke : hati, paru, ginjal, limpa, tulang dan sebagainya.</li>
</ul><br />
DIAGNOSIS<br />
1. Anamnesis yang cermat.<br />
2. Pemeriksaan fisik:<br />
<ul><li>Inspeksi luar:</li>
</ul><blockquote class="tr_bq">Wajah, mata, rongga mulut, leher.</blockquote><ul><li>Pemeriksaan THT</li>
</ul><blockquote class="tr_bq">- Otoskopi: Liang telinga, membran timpani.<br />
- Rinoskopi anterior:<br />
<blockquote class="tr_bq">Pada tumor endofitik tak jelas kelainan di rongga hidung, mungkin hanya banyak sekret.<br />
Pada tumor eksofitik, tampak tumor di bagian belakang rongga hidung tertutup sekret mulcopurulen, fenomena palatum mole negati</blockquote>- Rinoskopi posterior:<br />
<blockquote class="tr_bq">Pada tumor endofitik tak terlihat masa, mukosa nasofaring tampak agak menonjol, tak rata dan vaskularisasi memngkat.<br />
Tumor eksofitik tampak masa kemerahan.<br />
Bila perlu rinoskopi posterior dilakukan dengan menarik palatum mole ke depan dengan kateter Nelaton.</blockquote>- Faringoskopi dan Laringoskopi:<br />
<blockquote class="tr_bq">Kadang-kadang faring menyempit karena penebalan jaringan retrofaring. <br />
Refleks muntah dapat menghilang (negatif).<br />
Dapat dijumpai kelainan fungsi laring.</blockquote>- X-foto: (dilakukan atas indikasi tertentu, bila tersedia fasilitas).<br />
<blockquote class="tr_bq">Tengkorak lateral. Water, Dasar tengkorak, "CT scan".</blockquote></blockquote><ul><li>Pemeriksaan tambahan</li>
</ul>Biopsi :<br />
<ul><li>Biopsi sedapatmungkin diarahkan paaa tumor/daerah yang dicurigai. </li>
<li>Dilakukan dengan anestesi lokal.</li>
<li>Biopsi minimal dilakukan pada dua tempat (kiri dan kanan), melalui rinoskopi anterior, bila perlu dengan bantuan cermin melalui rinoskopi posterior.</li>
<li>Bila perlu biopsi dapat diulang sampai tiga kali.</li>
<li>Bila tiga kali biopsi basil negatif, sedang secara klinis mencurigakan adanya karsinoma nasofaring, biopsi dapat diulangi dengan anestesi umum.</li>
<li>Biopsi melalui nasofaringoskopi dilakukan bila penderita trismus, atau keadaan umum kurang baik.</li>
<li>Biopsi kelenjar getah bening leher dengan aspirasi jarum halus dilakukan bila terjadi keraguan apakah kelenjar tsb. suatu metastasis.</li>
</ul><br />
DIAGNOSIS BANDING<br />
1. TBC nasofaring<br />
2. Adenoid persisten ( pada anak )<br />
3. Angiofibroma nasofaring ( pada laki-laki muda )<br />
<br />
TERAPI<br />
Terapi utama: Radiasi ( 4000-6000 R ).<br />
Terapi tambahan: Kemoterapi<br />
Empat minggu setelah radiasi selesai, dilakukan evaluasi klinis, dan biopsi. <br />
Bila hasil biopsi negatif dan klinis membaik, dilakukan pemeriksaan fisik serta biopsi ulang setiap bulan ( pada tahun pertama ). <br />
Bila hasil biopsi positif, radiasi ditambah ( booster ). <br />
Setelah radiasi ("full dose"), biopsi tetap positif diberikan kemoterapi.<br />
Bila tetap negatif, pada tahun kedua pemeriksaan ulang dilakukan setiap 3 bulan,<br />
kemudian pada tahun ketiga setiap 6 bulan, seterusnya setiap tahun sampai 5 tahun.<br />
<br />
PROGNOSIS<br />
Karena umumnya penderita datang pada stadium III / IV, prognosis biasanya jelek<br />
<br />
Tags = <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/01/penatalaksanaan-kanker-nasofaring.html">Cancer Nasofaring</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/01/penatalaksanaan-kanker-nasofaring.html">Kanker nasofaring</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/01/penatalaksanaan-kanker-nasofaring.html">carcinoma nasofaring</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/01/penatalaksanaan-kanker-nasofaring.html">Pengobatan Cancer nasofaring</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/01/penatalaksanaan-kanker-nasofaring.html">Penatalaksanaan kanker nasofaring</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2012/01/penatalaksanaan-kanker-nasofaring.html">Protap Karsoinoma nasofarin</a>g<br />
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-67085449578150755972011-08-21T21:56:00.001+07:002011-08-21T21:59:29.664+07:00Glaukoma Fakolitik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-vXPU-Q2iQt0/S8hsGN2KiFI/AAAAAAAAABg/S_6EILSviEY/s1600/Glukoma.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="144" src="http://2.bp.blogspot.com/-vXPU-Q2iQt0/S8hsGN2KiFI/AAAAAAAAABg/S_6EILSviEY/s320/Glukoma.jpg" width="220" /></a></div><b><a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2011/08/glaukoma-fakolitik.html">Glaukoma Fakolitik</a></b> merupakan suatu glaukoma sekunder yang timbul sebagai obat keluarnya protein lensa melalui kapsul lensa yang katarak matur atau hipermatur.<br />
<br />
<b>Patofisiologi</b><br />
Pada perkembangan katarak menjadi matur sampai dengan hipermatur, kompisisi protein lensa berubah menjadi protein dengan komponen molekul kelas berat. Protein lensa ini dapat keluar melalui kapsul lensa (yang tampaknya intak) dan membantu jaring trabekula.<br />
Protein ini juga merangsang terjadinya reaksi peradangan dan respons makrofak dimana makrofak ini akan memakan protein lensa sehingga menambah pembuntuan pada saluran pembuangan.<br />
<span class="fullpost"> <br />
<b>Gejala Klinis</b><br />
<ul><li>Tiba-tiba mata merah dan nyeri</li>
<li>Visus menurun sudah sangat lama</li>
<li>Hiperemi siliar dan konjungtiva</li>
<li>Edema kornea</li>
<li>Lensa katarak matur / hipermatur</li>
<li>TIO sangat tinggi</li>
<li>Sudut bilik mata depan terbuka</li>
</ul><br />
<b>Diagnosis / Cara Pemeriksaan</b><br />
Anamnesis:<br />
- Mata merah dan nyeri<br />
- Riwayat penglihatan sudah sangat lama menurun sebelum terjadi mata merah dan nyeri<br />
<ul><li> Visus: antara dapat melihat goyangan tangan (HM == Hand Movement) sampai persepsi cahaya (LP = Light Perception).</li>
<li>Dengan lampu senter yang terang akan tampak:</li>
</ul><blockquote>hiperemi perilimbal<br />
hiperemi konjungtiva<br />
kornea suram (edema)</blockquote><ul><li>Dengan "lampu celab biomicrosope" akan tampak lensa katarak matur</li>
<li>Tonometer : TIO > 21 mmHg</li>
<li>Gonioskopi: sudut bilik mata depan terbuka</li>
</ul><br />
<b>Diagnosis Banding</b><br />
1. Glaukoma fakomorfik<br />
<ul><li>Katarak imatur atau matur</li>
<li>Sudut bilik mata depan tertutup</li>
</ul>2. Glaukoma sekunder karena uveitis:<br />
<blockquote>Sinekia posterior total, iris bombans, sudut tertutup atau dapat juga berupa miosis dengan sudut terbuka.</blockquote>3. Glaukoma neovaskular<br />
<ul><li>Neovaskularisasi pada iris.</li>
</ul>4. Glaukoma primer sudut tertutup akut<br />
<blockquote>Lensa jernih, bilik mata depan tertutup.</blockquote><br />
<b>Penatalaksanaan Gloukoma Fakolitik</b><br />
I. Segera menurunkan TIO dengan obat-obatan:<br />
<ul><li>Glycerol 1 ml/kgBB dalam 50% larutan, dapat ditambahkan sari jeruk (lihat pengobatan untuk glaukoma primer sudut tertutup akut)</li>
<li>Bila TIO tetap 30 mmHg atau glycerol tidak dapat dipakai, maka diberi Mannitol 20% 1-2 gr/kgBB dalam infus 60 tetes/menit)</li>
<li>Acetazolamide langsmig 500 mg (2 tablet), kemudian 250 mg tiap 6 jam</li>
<li>Timolol 0,25% - 0,5 % tetes tiap 12 jam</li>
</ul>II. Menekan reaksi radang dengan Kortikosteroid topikal.<br />
III. Bila TIO sudah turun 30 mmHg, dapat dilakukan pembedahan ekstraksi katarak.<br />
<br />
<br />
Tags: <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2011/08/glaukoma-fakolitik.html">Definisi Glaukoma</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2011/08/glaukoma-fakolitik.html">Pathofisiologi Gloukoma</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2011/08/glaukoma-fakolitik.html">Glaucoma</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2011/08/glaukoma-fakolitik.html">Glaucoma Facolitik</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2011/08/glaukoma-fakolitik.html">Penetalaksanaan Gloukoma</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2011/08/glaukoma-fakolitik.html">Pengobatan Gloukoma</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2011/08/glaukoma-fakolitik.html">Penyebab Glaukoma</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2011/08/glaukoma-fakolitik.html">Gejala Glaukoma</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2011/08/glaukoma-fakolitik.html">Obat glaukoma</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2011/08/glaukoma-fakolitik.html">Journal medis Glaukoma</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2011/08/glaukoma-fakolitik.html">Artikel glaukoma</a>,<br />
</span>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-234693511758052692011-07-03T23:03:00.000+07:002012-04-04T14:55:40.081+07:00Sinusitis Maksilaris Akut<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-Ztp_8wRIQBw/S8MjMcjwZpI/AAAAAAAAABY/pBiI2cMI07A/s1600/RINITIS+ALERGI.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://2.bp.blogspot.com/-Ztp_8wRIQBw/S8MjMcjwZpI/AAAAAAAAABY/pBiI2cMI07A/s200/RINITIS+ALERGI.jpg" width="150" /></a></div>Sinusitis maksilaris akut merupakan penyakit infeksi akut mukosa sinus maksilaris.<br />
<br />
PATOFISIOLOGI / ETIOLOGI<br />
Faktor penyebab:<br />
1. Rinogen<br />
<blockquote>Obstruksi sinus maksilaris yang dapat disebabkan oleh:<br />
• Rinitis akut ( Influensa )<br />
• Polip, Deviasi septum nasi</blockquote>2. Dentogen<br />
<blockquote>Penjalaran infeksi dan gigi geraham atas.<br />
Kuman penyebab:<br />
• S. pneumoniae<br />
• H. influenzae<br />
• S. viridans<br />
• S. aureus<br />
• B. catarrhalis</blockquote><span class="fullpost"> <br />
GEJALA KLINIK<br />
1. Febris, pilek kental, berbau, bisa bercampur darah.<br />
2. Nyeri:<br />
<blockquote>• Pipi: biasanya unilateral<br />
• Kepala: biasanya homolateral, terutama pada sore hari<br />
• Gigi (geraham atas) homolateral</blockquote>3. Hidung:<br />
<blockquote>• buntu homo lateral<br />
• suara bindeng.</blockquote>DIAGNOSIS<br />
1. Anamnesis yang cermat dan teliti<br />
2. Pemeriksaan:<br />
<blockquote>a. Rinoskopi anterior:<br />
<blockquote>• mukosa merah, oedema<br />
• mukopus di meatus nasi medius ( tidak selalu )</blockquote>b. Nyeri tekan pipi yang sakit<br />
c. Transiluminasi: kesuraman pada sisi yang sakit.</blockquote>3. Pemeriksaan tambahan:<br />
X-foto Sinus posisi Water’s ( bila diperlukan ) : gambaran kesuraman dan “Air Fluid<br />
Level” pada sinus yang sakit.<br />
<br />
DIAGNOSIS BANDING<br />
• Sinus Maksilaris Vakum<br />
• Infeksi gigi geraham atas<br />
• Benda asing rongga hidung ( anak-anak )<br />
<br />
PENYULIT<br />
• Penjalaran infeksi ke orbita.<br />
• Penjalaran infeksi ke intrakranial.<br />
• Osteomielitis (jarang).<br />
<br />
TERAPI<br />
1. Drainase<br />
<blockquote>• Medikal<br />
<blockquote>- Dekongestan lokal ( diberikan selama 5 - 7 hari ).<br />
- Efedrin 1% ( dewasa )<br />
- Efedrin 0.5% (anak)<br />
- Oksimetazoliii ludroklorida 0,02So~) (tetes bidung) untuk anak-anak.<br />
- Oksimetazolin hidroklorida 0,05% (semprot hidung) untuk dewasa.<br />
- Dekongestan Oral (diberikan selama 5-7 hari).<br />
- Psedoefedrin 3 x 60 mg (dewasa)</blockquote>• Surgikal<br />
<blockquote>- Irigasi Sinus maksilaris <br />
- Dilakukan sekali seniinggu, sampai pus negatif.</blockquote></blockquote>2. Antibiotika. <br />
<blockquote>Diberikan dalam 5-7 hari.<br />
• Ampisilin 4 x 500 mg atau,<br />
• Amoksisilin 3 x 500 mg atau,<br />
• Eritromisin 3 x 500 mg atau,<br />
• Doksisiklin 2 x 100 mg/hari , selanjutnya 1 x 100 mg/hari selama 5-10 hari<br />
(hanya untuk dewasa).</blockquote>3. Simptomatik / Analgesik ( bila diperlukan ).<br />
<blockquote>Parasetamol, Metampiron, Asetosal, Asam mefenamat.</blockquote>4. Tambahan : Diatermi ( UKG )<br />
<br />
<br />
</span>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-32579773790829199792011-06-18T23:14:00.012+07:002011-06-19T00:22:28.377+07:00Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /><a href="http://3.bp.blogspot.com/-alj3nHbhcck/TfzajL18_4I/AAAAAAAAAFI/JXWdWot9gm0/s1600/Dysfunctional%2BUterine%2BBleeding.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 120px; height: 182px;" src="http://3.bp.blogspot.com/-alj3nHbhcck/TfzajL18_4I/AAAAAAAAAFI/JXWdWot9gm0/s320/Dysfunctional%2BUterine%2BBleeding.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5619606733060898690" /></a>Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB) is abnormal bleeding that occurs within or outside the menstrual cycle, due to malfunctioning of the working mechanism of the hypothalamic-pituitary axis, ovary, endometrium without organic abnormalities of both genital and ekstragenital.<br /><span class="fullpost"><br />Pathophysiology<br />Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB) can occur in ovulatory cycles, anovulatorik or in a state with persistent follicles.<br />In the ovulatory stage, bleeding may occur in mid-menstrual or simultaneously with menstruation. Bleeding is due to the persistent corpus luteum with low estrogen levels, while progesterone continues to form.<br /><br />In anovulatorik cycle, is common during perimenopause and the reproductive period. The basis of the bleeding that occurs in cycles anovulatorik this is because no ovulation, the corpus luteum is not formed. By itself will be low levels of progesterone and estrogen overload. Because estrogen is high then the excessive proliferation of endometrial experience (hyperplasia). With low levels of progesterone, the endometrial thickness was not followed by the formation of a good buffer, rich in blood vessels and glands. These networks are fragile, easily letting go of the surface, and cause bleeding. Bleeding in one place are recovering, bleeding arise elsewhere, so that bleeding does not occur simultaneously.<br />So the basic anovulatorik bleeding in this case due to:<br /><ul><li>The endometrium is thick and brittle</li><li>Release of the endometrium does not coincide</li><li>No rhythmic vasoconstriction</li><li>There is no tissue collapse.</li></ul><br />Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB) on the state of persistent follicles, often encountered during perimenopause, rare in the reproductive period. Because of the continuous influence of estrogen, endometrial hyperplasia will experience both types of simple hyperplasia, or atypical adenomatus. Adenomatus and atypical types of this malignancy is pembakal (pre-cancerous), so it needs special handling.<br /><br />Clinical Features<br /><ol><li>Bleeding can occur at any time in the menstrual cycle</li><li>Bleeding can be a little bit, continuous or multiple and repetitive.</li><li>Most often encountered during menarche or during perimenopause.</li></ol><br /><br />Etiology<br />The cause of Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB) is known with certainty is difficult<br />Dysfunctional Uterine Bleeding(DUB) is common in:<br /><ol><li>Polycystic ovary syndrome (PCOS) </li><li>Obesity </li><li>Immaturity of the hypothalamic-pituitary axis-the ovaries, for example in pre-menopause. </li><li>Psychiatric disorders, and others. </li></ol><br /><br />Diagnosis<br />Anamnesa<br />It is important to conduct a careful diagnose, to ask the age of menarche, menstrual cycles after menarche, length and amount of menstrual blood. Also need to be asked anyway background and family life back latat emotional.<br /><br />Examination<br />General Examination<br />Aimed to determine the possibility of abnormality is the cause of bleeding. Consider the possibility of metabolic disease, other systemic diseases or chronic diseases including hemostasis disorders.<br /><br />Gynecological examination<br /><ol><li>Examination in to get rid of organic abnormalities that can cause abnormal bleeding, for example: cervical polyps, ulcers, injury, erosion, inflammation, tumors, abortion, malignancy, and others. </li><li>To make a diagnosis on the girl does not need to be done curette. </li><li>In women who are married, curettage should be performed for diagnosis. </li><li>On histopathological examination, usually obtained endometrial hyperplasia. </li></ol><br /><br />Diagnosis APPEALS<br />All disorders that can cause abnormal bleeding from the uterus.<br /><br />Procedure<br />Managemet<br />Treatment Principle<br /><ol><li>Makes the diagnosis of Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB), by removing the possibility of organic abnormalities.</li><li>Stop the bleeding</li><li>Regulate menstruation returned to normal</li><li>When anemis (Hb <8 g%) were given transfusions. </li></ol><br />Stop the bleeding<br /><ol><li>Curettage (no need to Hospital Admission, except when going in tranfusion) Done for patients who are married.</li><li>Drugs (priority of choice, according to serial number):</li></ol><blockquote>a. Estrogen<br /></blockquote> <blockquote> Usually selected natural estrogen, such as conjugated estrogens (conjugated estrogens), for example: Estradiol valerate (Premarin). Estrogen type is more advantageous, because it does not burden the liver and did not increase levels of renin and blood clotting disorders. Another type of estrogen is ethinyl estradiol. This type of estrogen is metabolized in the liver, so liver function is more disturbing.</blockquote><blockquote>Dosage:<ul><li>When bleeding a lot (profus) Hospital Admission, given conjugated estrogen (Premarin) at a dose of 25 mg iv, repeated every 3-4 hours, giving a maximum of 4 times.</li><li>If the bleeding is not a lot, can be given: 20 mg estradiol Benzoas i.m. Conjugated estrogens 2.5 mg per oral, 7 - 10 days.</li></ul></blockquote><blockquote>b. Combination pill<br /><blockquote>Purpose: to transform the endometrium into pseudodesidual reaction.</blockquote><blockquote>Dosage:<br /><ul><li>When bleeding a lot (profus) can be given 4 x 1 for 70-10 days, followed 1 x 1 for 3-6 cycles.</li></ul></blockquote></blockquote><blockquote>c. Progesterone<br /></blockquote><blockquote>Purpose: to provide the balance of influence of estrogen. Progesterone is a type of progesterone that elected a molecule resembling natural progesterone. Included in this type is Medroksi progesterone acetate (MPA) and Diprogesteron. The type of progesterone that androgenic (testosterone derivatives) are not widely used, because it has androgenic effects (acne, hair growth, etc.), and may decrease HDL cholesterol.</blockquote><blockquote>Dosage:<br /><ul><li>MPA 10 -20 mg per day (Primolut N), for 7 - 10 days or Norethisteron 3 x 1 tablet, 70-10 days.</li><li>If there are contraindications of estrogen, may be given injections of 100 mg im Progesterone, in order to stimulate the endometrium and resilience in vasomotor rhythmic contractions. For this purpose can be used DMPA.</li></ul></blockquote><blockquote>d. Compounds antiprostaglandin</blockquote><blockquote>Use antiprostaglandin compound is mainly given to patients with contraindications to estrogen and progesterone, such as liver failure or malignancy. Drugs that are used eg mefenamic acid with a dose of 3 x 500 mg per day. Regulate Menstruation Immediately after the bleeding stops, continue therapy to regulate menstruation.<br />To set this period can be given:<br /><ul><li>Oral pills for 3-6 months</li><li>Progesterone 2 x 1 tablet for 10 days, starting on day 14 -15 menstruation.</li></ul></blockquote><br /></div></span>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-2139816200722039542011-06-11T07:50:00.005+07:002011-06-11T08:19:58.508+07:00VISUM ET REPERTUM PERKOSAAN<a href="http://2.bp.blogspot.com/-uWmBq68ISpg/TfLAB0eSQsI/AAAAAAAAAE8/DSnT4EOp_So/s1600/perkosaan.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 120px;" src="http://2.bp.blogspot.com/-uWmBq68ISpg/TfLAB0eSQsI/AAAAAAAAAE8/DSnT4EOp_So/s320/perkosaan.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5616762822782501570" /></a><span class="Apple-style-span" >Visum et Repertum</span> adalah suatu laporan hasil pemeriksaan yang dibuat atas permintaan penyidik untuk keperluan hukum dan pengadilan<br /><br /><span class="Apple-style-span" >Prosedur</span><br /><br /><b>SERAH TERIMA KORBAN</b><br /><ol><li>Korban datang diantar petugas</li><li>Surat permintaan VER ditanda tangani penyidik </li><li>Dokter pemeriksa mencocokkan nama tersebut dalam surat dengan korban, bila tidak sesuai harap dilembalikan kepada penyidik</li><li>Buku ekspedisi milik penyidik ditanda tangan oleh petugas RS atau dokter</li><li>Petugas pengantar menulis nama, pangkat dan jabatan serta tanda tangan</li></ol><span class="fullpost"><br /><b>IJIN UNTUK DIPERIKSA<br /></b><ol><li>Pernyataan tertulis bahwa korban bersedia diperiksa dokter</li><li>Bila korban anak-anak pernyataan dibuat oleh orang tua atau wali</li><li>Bila korban tidak sadar, ijin keluarga atau pembuatan V e R dapat ditunda sampai perawatan selesai</li><li>Selama pemeriksaan korban harus didampingi perawat</li></ol><br />PEMERIKSAAN KORBAN<br /><ol><li>Dicatat nama dokter pemeriksa dan perawat pembantu</li><li>Dicatat tanggal dan jam pemeriksaan</li></ol><br /><b>ANAMNESA</b><br />UMUM<br /><ol><li>Identitas korban : nama , umur , pekerjaan</li><li>Status perkawinan : gadis, sudah menikah, janda</li><li>Haid terakhir, pola haid</li><li>Riwayat penyakit, penyakit kelamin, penyakit kandungan</li><li>Apakah memakai kontrasepsi</li></ol><br />KHUSUS<br />1. Siapa yang melaporkan ke polisi :<br /><ul><li>Korban</li><li>Keluarga </li><li>Masyarakat</li></ul>2. Saat kejadian : tanggal dan jam<br />3. Tempat kejadian<br />4. Apakah korban melawan<br />5. Apakah korban pingsan<br />6. Apakah korban kenal dengan pelaku<br />7. Apakah terjadi penetrasi penis dan terjadi ejakulasi<br />8. Apakah ada deviasi sexual<br />9. Jumlah pelaku<br />10. Apakah setelah kejadian korban :<br /><ul><li>Mencuci kemaluan</li><li>Mandi</li><li>Ganti pakaian</li></ul><br />PEMERIKSAAN BAJU KORBAN<br />1. Dicatat helai demi helai pakaian luar dan dalam korban<br />2. Diperiksa apakah ada bercak :<br /><ul><li>Darah</li><li>Air mani</li><li>Lumpur, kancing putus, robekan, dll</li><li>Bila ada digunting dan dikirim ke Labkrim</li></ul><br /><b>PEMERIKSAAN UMUM ( BADAN )</b><br />1. Tingkah laku :<br /><ul><li>Gelisah </li><li>Depresi</li></ul>2. Penampilan :<br /><ul><li>Rapi</li><li>Kusut/ acak-acakan</li></ul>3. Tanda-tanda bekas hilang kesadaran atau dibawah pengaruh alkohol, obat tidur/ bius, needle mark<br />4. Tanda-tanda bekas kekerasan dari daerah kepala sampai kaki :<br /><ul><li>Macam luka : lecet, memar, robek, atau patah tulang</li><li>Love bite atau cupang</li></ul>5. Ada tidaknya Trace Evidence yang menempel pada tubuh : tanah, rumput,<br /> darah<br /><br /><b>PEMERIKSAAN KHUSUS ( ALAT GENITAL )</b><br />1. Adakah rambut kemaluan yang melekat, bila ada digunting dan kirim ke Labkrim<br />2. Adakah rambut asing ( dengan cara menyisir rambut pubis ) , bila ada tempel pada selotipe dikirim ke Labkrim<br />3. Adakah bercak air mani di sekitar alat kelamin, bila ada dikerok dengan skalpel/ dihapus dengan kapas basah kirim ke Labkrim<br />4. Pemeriksaan himen<br /><blockquote>• Bentuk himen<br />• Ukuran lubang himen<br />• Ada robekan baru atau lama<br />• Lokasi robekan</blockquote><br />5. Pemeriksaan vagina dan cervix dengan speculum :<br />Adakah tanda-tanda penyakit kelamin :<br /><ul><li>Dinding vagina luka / tidak</li><li>Fornix posterior luka / tidak</li><li>Ostium uteri keluar darah / tidak</li></ul>6. Pemeriksaan dalam / colok dubur : rahim membesar atau tidak<br />7. Pengambilan bahan pemeriksaan laboratorium :<br /><blockquote>• Spermatozoa<br />• Semen<br />• Penyakit kelamin<br /></blockquote><br /><b>PEMERIKSAAN LABORATORIUM</b><br />1. Pemeriksaan spermatozoa<br /><ul><li>Bahan diambil dari cairan vagina atau canalis cervicalis</li><li>Dengan pipet atau ose</li><li>Dengan pewarnaan :</li></ul><blockquote>- Dibuat preparat hapus<br />- Difiksasi dengan api<br />- Pewarnaan HE atau Gram</blockquote><ul><li>Tanpa pewarnaan :</li></ul><blockquote>- Diletakkan diatas obyekglas<br />- Pembesaran 500 kali<br />- Spermatozoa bergerak / mati / tidak ada</blockquote><br />2. Pemeriksaan bercak sperma pada pakaian :<br /><ul><li>Visual :</li></ul><blockquote>- Bercak berbatas jelas<br />- Lebih gelap dari sekitarnya</blockquote><ul><li>Sinar Ultra Violet menunjukkan fluoresensi putih</li><li>Taktil :</li></ul><blockquote>- Kaku<br />- Permukaan bercak teraba kasar</blockquote><br />3. Pemeriksaan kehamilan<br /><br /><b>SERAH TERIMA KORBAN KEMBALI</b><br /><br /><div>Dokter menyerahkan kembali korban kepada pengantar<br /><br /><b>E</b>VALUASI PEMERIKSAAN DAN MEMBUAT KESIMPULAN<br />Kesimpulan harus berdasar pemeriksaan obyektif<br />Kesimpulan dibuat bila hasil laboratorium selesai<br /><br /><br /><p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;line-height:16.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1;tab-stops:list 18.0pt"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="font-size: 12.0pt;mso-bidi-font-size:10.0pt;layout-grid-mode:line">Referensi<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoHeading7"><span style="font-weight:normal;mso-bidi-font-weight:bold">Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal : 285 tentang Perkosaan<o:p></o:p></span></p><br /><br /><br />Tags: Visum et Repertum, Pemerkosaan, perkosaan, Love bite, robekan himen</div></span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-71232185619573432342011-05-23T16:09:00.004+07:002011-06-19T00:23:14.692+07:00INTOKSIKASI INSEKTISIDA FOSFAT ORGANIK<a href="http://3.bp.blogspot.com/_Rq2TYvB4N50/S7tEt0eqBjI/AAAAAAAAAA4/aOk0Lma9LKQ/s320/intoksikasi.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 128px; height: 133px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_Rq2TYvB4N50/S7tEt0eqBjI/AAAAAAAAAA4/aOk0Lma9LKQ/s320/intoksikasi.jpg" border="0" alt="" /></a><br />Insektisida adalah bahan yang dipakai manusia untuk membasmi hama serangga<br />Insektisida yang paling banyak digunakan saat ini adalah :<br />a. Insektisida Fosfat organik ( IFO : Organo Phosphate Insecticide )<br />b. Insektisida Hidrokarbon klorin ( IHK : Chlorinated Hydrocarbon )<br /><br />IFO merupakan insektisida poten yang paling banyak digunakan dipertanian.<br />Bahan ini dapat menembus kulit yang intact ( normal ), dapat diserap lewat paru dan saluran makanan tetapi tidak terakumulasi dalam jaringan tubuh<br /><span class="fullpost"><br />IFO bekerja dengan cara menghambat ( inaktivasi ) enzim asetil kholin esterase, sehingga timbul gejala-gejala rangsangan asetil kholin yang berlebihan yang akan menimbulkan efek muskarinik, nikotinik dan SSP ( menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP )<br />Gambaran klinis yang menonjol adalah kelainan visus, hiperaktivasi kelenjar ludah / keringat / saluran makan dan kesulitan bernafas.<br /><b>Keracunan ringan : </b><br />anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa takut, tremor lidah, tremor kelopak mata, pupil miosis<br /><br /><b>Keracunan sedang : </b><br />nausea, vomiting, kejang/kram perut, hipersalivasi, hiperhidrosis, fasikulasi otot, bradicardia<br /><br /><b>Keracunan berat : </b><br />diare, pupil pin point, reaksi cahaya negatif, sesak nafas, cyanosis, edema paru, inkotinensia urine dan faeces, convulsi, coma, blokade jantung dan akhirnya meninggal.<br /><br /><b>Prosedur</b><br />a. Resusitasi<br />• Infus Dextrose 5% dengan kecepatan 15 – 20 tetes/menit<br />• Nafas buatan dan oksigenasi<br />• Hisap lendir dalam saluran nafas<br />• Kalau perlu digunakan respirator<br />• Hindari penggunaan obat-obatan depresan saluran nafas<br /><br /><b>b. Eliminasi</b><br />Emesis, katarsis, kumbah lambung, keramasi rambut dan mandikan seluruh tubuh dengan sabun<br /><br /><b>c. Antidotum</b><br />Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi asetil kholin<br />1. Mula- mula diberikan bolus intra vena 1 – 2,5 mg<br />2. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 – 10 – 15 menit sampai timbul gejala-gejala atropinisasi ( muka merah, mulut kering, tachycardia, midriasis, febris, psikosis )<br />3. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 – 60 menit selanjutnya 2 – 4 –6 dan 12 jam<br />4. Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam<br />Penghentian SA yang mendadak dapat menimbulkan “rebound effect” berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal<br /><br /><b>Prognosa</b><br />Pada umumnya baik bila pengobatan belum terlambat<br />Beberapa kesalahan yang sering terjadi yang mengaibatkan fatal adalah :<br />a. Resusitasi kurang baik dikerjakan<br />b. Eliminasi racun kurang baik<br />c. Dosis atropin kurang adekuat<br />d. Penghentian atropin terlalu cepat<br /><br /><br /><b>Referensi</b><br />- Dreisbach, R.H. and Robertson, W.O : Handbook of Poisoning – Prevention , Diagnosis and Treatment 12th ed.,Prentice- Hall Int.Inc., New Jersey, 1987<br />- Hernomo K. et al : Buku Petunjuk Penanganan Keadaan Gawat Darurat Medik RS. Dr. Soetomo Surabaya, 1984 ,hal : 28 – 29<br />- Hernomo K : Keracunan Akut Bahan Kimia. Naskah Lengkap PKB I Laboratorium Ilmu Penyakit dalam FK. UNAIR – RSUD Dr. Soetomo Surabaya,4 Juli 1987, hal : 103<br />- Hernomo K : Keracunan Akut Bahan Kimia di RSUD Dr. Soetomo Surabaya 1988 – 1992. Majalah Ilmu Penyakit Dalam , Surabaya . 19: 191, 1993<br /><br />Tag : Antidotum Keracunan, Keracunan insektisida, Insecticides, Organic Phosphate Insecticides, Hydrocarbon Insecticides chlorine,rebound effect<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-61990756160118950142011-05-21T19:24:00.005+07:002011-05-21T19:45:40.399+07:00MENINGITIS TUBERCULOSA<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/-vFabArU9rpA/TdezXCs_q2I/AAAAAAAAAEo/RoDSnv9FYMk/s1600/Meningitis.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: right; cursor: pointer; width: 180px; height: 144px;" src="http://1.bp.blogspot.com/-vFabArU9rpA/TdezXCs_q2I/AAAAAAAAAEo/RoDSnv9FYMk/s320/Meningitis.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5609149069357198178" border="0" /></a><br />Meningitis Tuberculosa Adalah : Reaksi keradangan yang mengenai salah satu atau semua selaput meningaen disekeliling otak dan medula spinalis yang disebabkan oleh karena kuman tubercullosis<br /><br />Kriteria Diagnosa<br />Keluhan Non Spesifik ;<br />- Kelehahan umum, anoreksia, subfebris, nyeri kepala yang kumat-kumatan dan nyeri otot<br /><br />Stadium rangsang meningeal ;<br />- Nyeri kepala, muntah, iritabel.<br />- Kelumpuhan syaraf otak<br />- Penurunan kesadaran<br />- Papil edema yang ringan<br />- Terjadinya vaskulitis dan gangguan fokal<br />- Kejang-kejang<br /><span class="fullpost"><br />Stadium lanjut :<br />- Kebingungan bertambah<br />- Delirium yang berfluktuasi<br />- Gejala fokal yang makin menghebat dan nyata<br /><br /><br />Diagnosis Banding<br />- Meningoensefalitis oleh karena virus<br />- Partially treated bacterial meningitis<br />- Meningitis pyogen oleh karena organisme yang tak lazim<br />- Meningitis oleh karena jamur<br />- Abses otak<br /><br /><br />Pemeriksaan Penunjang<br />- Laboratorium : Darah lengkap, pemeriksaan liquor serebro-spinalis (pemeriksaan rutin dan pengecatan BTA), RFT, LFT, Elektrolit darah<br />- Thoraks foto<br /><br />Penyulit<br />- Kelumpuhan syaraf otak<br />- Iskemia dan infark pada otak<br />- Ensefalopati tubercullosa<br /><br />Therapi<br />- Supportif<br />- Symptomatis<br />- Obat anti tubercullosa : INH, Rifampicin, Pirazinamide peroral dan Stretomisin sulfat intra muscular<br />- Bila terdapat kelainan faal hepar dipakai : INH, Streptomisin, Etambutol<br /><br />- Kortikosteroid diberikan bila :<br />1. Penderita syok<br />2. Tekanan intrakranial meningkat<br />3. Asda tanda-tanda arachnoiditis<br />4. Tmbul tanda-tanda fokal yang progresif di hemisfer, batang otak, myelum atau akar syaraf<br /><br />Tag : TBC, Meningoensefalitis, Tuberculosis, Tuberculosa<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-54868818734461187112011-03-22T21:22:00.023+07:002011-04-19T15:56:41.501+07:00PENATALAKSANAAN DENGUE SHOCK SYNDROME (DSS)Demam Berdarah<br />A. Demam Berdarah Dengue :<br />Adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aigypti.<br /><br />Diagnosa (Kriteria WHO) :<br />Klinis :<br /><ol><li>Panas 2 – 7 hari</li><li>Tanda-tanda perdarahan, paling tidak tes RL yang positif.</li><li>Adanya pembesaran hepar</li><li>Gangguan sirkulasi yang ditandai dengan penurunan tekanan darah, nadi meningkat dan lemah serta akral dingin.</li></ol><span class="fullpost"><br />Laboratorium :<br />1. Terjadi hemokonsentrasi (PCV meningkat > 20 %)<br />2. Thrombocytopenia (Thrombocyte <100.000/cmm) <div><br /></div><div>B. DHF Shock (DSS) : Adalah demam berdarah dengue yang disertai dengan gangguan sirkulasi, terdiri dari : </div><div>DHF grade III :</div><div>1. Tekanan darah sistolik < 80 mmHg </div><div>2. Tekanan nadi < 20 mmHg </div><div>3. Nadi cepat dan lemah </div><div>4. Akral dingin. </div><div><br /></div><div> DHF grade IV : </div><div>1.Shock berat,</div><div>2.Tekanan darah tidak terukur, nadi tidak teraba. </div><div><br /></div><div>PROSEDUR</div><div>Pada penderita dewasa : </div><div>1. Cairan : </div><div><ul><li>Infus NaCl 0,9 % / Dextrose 5 % atau Ringer Laktat </li><li>Plasma expander, apabila shock sulit diatasi. </li><li>Pemberian cairan ini dipertahankan minimal 12 – 24 jam maksimal 48 jam setelah shock teratasi.</li><li>Perlu observasi ketat akan kemungkinan oedema paru dan gagal jantung, serta terjadinya shock ulang. </li></ul></div><div><br /></div><div>2. Tranfusi darah segar pada penderita dengan perdarahan masif. 3. Obat :</div><div><ul><li>Antibiotika : diberikan pada penderita shock membangkang dan/ atau dengan gejala sepsis </li><li>Kortikosteroid : pemberiannya controversial Hati-hati pada penderita dengan gastritis. </li><li>Heparin : diberikan pada penderita dengan DIC Dosis 100 mg/kg BB setiap 6 jam i.v.<br /></li></ul>Terapi Cairan pada Demam Berdarah Dengue (DBD)<br /><a href="http://4.bp.blogspot.com/-2XrubXpEA1U/TYi3kISJ-nI/AAAAAAAAAEA/gRec4ZDe9rs/s1600/terapi%2Bcairan%2BDBD.bmp" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="cursor: pointer; width: 350px; height: 316px;" src="http://4.bp.blogspot.com/-2XrubXpEA1U/TYi3kISJ-nI/AAAAAAAAAEA/gRec4ZDe9rs/s320/terapi%2Bcairan%2BDBD.bmp" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5586917169079908978" border="0" /></a><br /><br /><a href="http://4.bp.blogspot.com/-RVhcWchaiEo/TYi4c9ACQ1I/AAAAAAAAAEI/mScggMPTP0U/s1600/terapi%2Bcairan%2BDSS.bmp" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="cursor: pointer; width: 350px; height: 519px;" src="http://4.bp.blogspot.com/-RVhcWchaiEo/TYi4c9ACQ1I/AAAAAAAAAEI/mScggMPTP0U/s320/terapi%2Bcairan%2BDSS.bmp" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5586918145303659346" border="0" /></a><br />Pada penderita DSS (DBD Grade III dan IV) anak-anak<br /><br />1. Cairan Cairan yang diberikan bisa berupa : <ul><li>Kristaloid : </li></ul><br />• Ringer Laktat<br />• 5 % Dextrose di dalam larutan Ringer Laktat<br />• 5 % Dextrose di dalam larutan Ringer asetat<br />• 5 % Dextrose di dalam larutan setengah normal garam faali, dan<br />• 5 % Dextrose di dalam larutan normal garam faali. <ul><li>Koloidal :<br /></li></ul>• Plasma expander dengan berat molekul rendah (Dextran 40)<br />• Plasma. <ol><li>RL / D 5 % dalam RL / D 5 % dalam Ringer Asetat / larutan normal garam faali ----> diberikan 10 –20 ml/kg BB/ 1 jam.</li><li>Pada kasus yang berat (grade IV) dapat diberikan bolus 10 ml/kg BB (1 x atau 2 x).</li><li>Jika renjatan berlangsung terus (HCT tinggi) diberikan larutan koloidal (Dextran atau Plasma) sejumlah 10 – 20 ml/kg BB/ 1 jam.</li></ol><br /><br />2. Tranfusi darah<br />Diberikan pada :<br /><ul><li>Kasus dengan renjatan yang sangat berat atau renjatan yang berkelanjutan.</li><li>Gejala perdarahan yang nyata, misal : hematemesis dan melena.</li></ul><br />Pemberian darah dapat diulang sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan.<br />Jika jumlah thrombocyte menunjukkan kecenderungan menurun <><ul><li>Antipiretika : yang diberikan sebaiknya Parasetamol (mencegah timbulnya Efek samping pedarahan dan asidosis)</li><li>Obat penenang : diberikan pada kasus yang sangat gelisah. Dapat diberikan Valium 0,3 – 0,5 mg/kgBB/kali (bila tidak terjadi gangguan system pernapasan) atau Largactil 1 mg/kgBB/kali. Bila penderita kejang dapat diberikan kombinasi Valium (0,3 mg/kgBB) i.v. dan diikuti Dilantin (2 mg/kgBB/jam 3 kali sehari).</li></ul><br />4. Oksigen<br /><br />5. Koreksi asidosis Nabic dapat diberikan 1 – 2 mEq/kgBB, diberikan dengan kecepatan 1 mEq/menit, atau jumlah Nabic dapat dihitung dengan rumus : Kebutuhan Nabic : 0,5 x BB x Defisit HCO3- atau 0,3 x BB x Base defisit<br /><br />6. Koreksi kelainan-kelainan yang terjadi<br /><br />7. Kortikosteroid Penggunaannya masih controversial pada pengobatan DSS Bisa diberikan dengan dosis :<br /><ul><li>Hidrokortison 6 – 8 mg/kgBB/ 6 – 8 jam i.v. </li><li>Methyl prednisolon 30 mg/kgBB/hari i.v. </li><li>Dexamethazon 1 – 2 mg/kgBB sebagai dosis awal, kemudian 1 mg/kgBB/hari i.v. </li></ul>8. Dopamine.<br /><br /><a href="http://2.bp.blogspot.com/-nJVuQr-3Y7Q/TYi488u0XII/AAAAAAAAAEQ/QnmRQ6plMk8/s1600/terapi%2Bcairan%2Bdbd%2Bgr%2B3.bmp" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="cursor: pointer; width: 350px; height: 482px;" src="http://2.bp.blogspot.com/-nJVuQr-3Y7Q/TYi488u0XII/AAAAAAAAAEQ/QnmRQ6plMk8/s320/terapi%2Bcairan%2Bdbd%2Bgr%2B3.bmp" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5586918694987259010" border="0" /></a><br /><br /><a href="http://1.bp.blogspot.com/-CRbSLti-idI/TYi5V83P8zI/AAAAAAAAAEY/ooLF6n_g7wM/s1600/terapi%2Bcairan%2Bdbd%2Bgr%2B4.bmp" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="cursor: pointer; width: 350px; height: 538px;" src="http://1.bp.blogspot.com/-CRbSLti-idI/TYi5V83P8zI/AAAAAAAAAEY/ooLF6n_g7wM/s320/terapi%2Bcairan%2Bdbd%2Bgr%2B4.bmp" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5586919124519351090" border="0" /></a><br /><br />Referensi<br /><ol><li>Pedoman Diagnosa dan Terapi Berdasarkan Gejala dan Keluhan. Prosedur Tetap Standar Pelayanan Medis IRD RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. 1997.</li><li>Soegijanto S, et all. Demam Berdarah Dengue. Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. 1994.</li><li>Soegijanto S, et all. Seminar Sehari Demam Berdarah Dengue. Surabaya. 1998.</li></ol><br /><br /><br /></div></span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-52522703776429919632010-05-04T21:02:00.012+07:002011-06-19T00:23:14.693+07:00TRAUMA KEPALA TERTUTUP<a href="http://3.bp.blogspot.com/_Rq2TYvB4N50/S-AvkzANE3I/AAAAAAAAACg/xzUgLioymSU/s1600/TRAUMA+KEPALA.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 107px; height: 119px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_Rq2TYvB4N50/S-AvkzANE3I/AAAAAAAAACg/xzUgLioymSU/s320/TRAUMA+KEPALA.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5467422256840643442" border="0" /></a>Trauma kepala tertutup adalah cedera pada kepala/otak tanpa terbukanya rongga kepala terhadap dunia luar. Dalam pengertian tersebut temiasuk kelainan di bawah ini.<br /><br /><div>"Commotio Cerebri" ( gegar otak ) :<br />Gangguan fungsi otak akibat trauma/akselerasi - deselerasi kepala.<br />Dalam hal ini tidak dipermasalahkan cedera anatomis patologis yang terjadi akibat trauma tersebut.<br /><br /></div><div>"Contusio Cerebri" ( memar otak ) :<br />Cedera otak yang berupa pendarahan-pendarahan kecil, edema dan nekrosis dalam jaringan otak.<br /><br /></div><div>Bila membran pia-glia terobek disebut Laserasio Cerebri.<br />Manifestasi klinis memar otak tergantung pada luas serta lokasinya.<br /><br /></div><span class="fullpost"><div>Cedera Akson Tersebar :<br />Mekanisme yang sama seperti pada "commotio cerebri" tetapi tidak dengan intensitas yang lebih besar dapat menimbulkan tidak saja gangguan fungsi tetapi juga kerusakan yang tersebar khusunya disektar otak, periventrikel, korpcs kallosum dan ganglia basal.<br />Cedera ini disebut cedera akson tersebar.<br /><br />PATOFISIOLOGI<br />Cedera otak akibat trauma dapat terjadi karena benturan (impact) atau karena guncangan (bukan impact). Cedera otak terjadi karena kompresi. gerakan otak terhadap tengkorak, timbulnya gelombang kejut pada tempat benturan dan pantulan gelombang ini serta perubahan tekanan pada tempat benturan dan pada tempat yang berlawanan dengan tempat benturan.<br />Cedera otak akibat trauma adalah cedera neuron, glia dan pembuluh darah kapiler otak.<br />Cedera tersebut menyebabkan perubahan-perubahan metabolisme dan aliran darah setempat yang gilirannya menambah atau memperluas cedera tersebut (iskemi, infark).<br />Cedera yang kemudian terjadi disebut cedera otak sekunder.<br />Disamping itu cedera tersebut mengundang komplikasi-komplikasi :<br />Edema otak yang pada gilirannya menyebabkan pergeseran otak dan herniasi.<br />Herniasi menimbulkan kerusakan akibat mekanis dan / atau akibat kompresi vaskuler yang berakibat cedera iskemi yang lebih luas.<br />Tekanan intrakranial yang sangat tinggi hingga pengurangan aliran darah otak.<br /><br /></div><div>* Hematoma subdural, dan hematoma dalam parenkim otak (intraserebral), yang<br />berikutnya berakibat pergeseran otak dan herniasi.<br /><br />Gejala klinis terdiri dari gangguan kesadaran, gejala neurologis dan gangguan faal vital sebagai akibat cedera otak yang terjadi.<br /><br />PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS<br /><ol><li>Anamnesa : adanya trauma harus dipastikan, dan bukan oleh karena gangguan kesadaran yang menyebabkan penderita terjatuh.</li><li>Pemeriksaan umum : faal vital, tanda-tanda cedera bagian lain tubuh.</li><li>Tanda-tanda trauma di kepala juga adanya cedera lain di bagian kepala, misalnya patah tulang - tulang muka.</li><li>Kesadaran : skala kesadaran dari Glasgow (GCS).</li><li>Neurologis : fungsi neurologis untuk menetapkan adanya cedera fokal serta menetapkan letak lesi tersebut.</li><li>Refleks-refleks batang otak dicari bila ada kecurigaan mati otak.</li><li>Dalam praktek penetapan diagnosis "commotio cerebri" dan “ contusio cerebri “didasarkan pada keadaan klinis</li><li>Bila gangguan kesadaran dengan cepat pulih (GCS. 15) dan tidak didapati defisit neurologis maka diagnosis ditulis sebagai "commotio cerebri".</li><li>Diagnosis ini tidak menutup kemungkinan adanya cedera otak. memar laserasi yang tidak manifes secara klinis.</li><li>Bila gangguan kesadaran berkepanjangan dan / atau terdapat gejala neurologis foka! sebagai cerminan cedera otak. maka diagnosis ditetapkan sebagai "contusio cerebri".</li><li>Hematoma intrakranial sebagai komplikasi intrakranial di diagnosis atas dasar klinis</li><li> dan dipastikan dengan CT dan / atau pengeboran eksploratif.</li><li>Sarana Pemeriksaan Tambahan:</li></ol><ul><li>Foto kepala diperlukan terutama pada fraktur impresi dan pada penetapan lokasi pengeboran eksploratif dan menetapkan cedera coup atau kontra coup.</li><li>CT Scan sesuai pembatasan (indikasi) yang ditetapkan.</li></ul><br /><br />DIAGNOSIS BANDING<br />Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan gangguan kesadaran secara akut misalnya CVA trombotik ataupun hemoragik, dan serangan epilepsi.<br /><br />PENYULIT:<br />Edema otak, hematoma intrakranial, sindrom distres napas, epilepsi traumatik, gangguan hormonal, gangguan faal hemostasis, hidrosefalus dan lain-lain.<br /><br />PENATALAKSAAN<br />Dalam penatalaksanaan dipakai gradasi ringan, sedang, berat sebagai benkut:<br /><br /><br /><table style="text-align: left; margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr> <td>GRADE </td> <td> DERAJAT <br /></td> <td> GCS <br /></td> <td> KRITERIA<br /></td> </tr><tr><td>I. </td> <td> Ringan </td> <td> 14-15 </td> <td> Hilang kesadaran sekejap (transient) pada pemeriksaan sadar, tanpa gejala neurologis</td> </tr><tr> <td>II.</td> <td> Sedang</td> <td> 09-13 </td> <td> Hilang kesadaran sementara pemeriksaan dapat mengikuti perintah sederhana.</td> </tr><tr> <td>III. </td> <td> Berat </td> <td> 04-08 <br /></td> <td> Tidak sadar, saat dlperiksa tidak dapat mengikuti perintah, respon verbal tidak tepat, pupil isokor atau anisokor, mungkin Juga tidak bereaksi terhadap cahaya Respon motorik: melokalisir nyeri atau lebih rendah.</td> </tr><tr> <td>IV.</td> <td> Mati Otak </td> <td> Kurang 3</td><td> Tak ada tanda adanya fungsi otak.</td> </tr></tbody></table><br />Di kamar bebat IRD dilakukan :<br /><ol><li>Pemeriksaan dan seleksi penderita</li><li>Penanganan, pemulihan stabilitas fungsi vital</li><li>Perawatan luka-luka dan tindakan lain yang diperlukan.</li></ol><blockquote>Penderita-penderita yang sadar, tanpa gejala neurologis serta tanpa faktor resiko lain dapat diobservasi di UGD dan dipulangkan dengan nasehat bila ada penurunan kesadaran atau gejala lain akibat trauma kepala harap segera kembali ke Rumah Sakit.<br />Penderita yang sadar tetapi dengan faktor resiko seperti patah tulang kepala, cedera di bagian lain dari tubuh, gangguan faal vital, muntah yang sering, atau tidak adanya orang lain yang dapat mengawasinya di tempat tinggalnya. perlu dirawat tinggal, terutama untuk observasi.<br />Penderita yang tidak sadar, mutlak perlu rawat tinggal.</blockquote><br /><br />Di ruang perawatan:<br /><ul><li>Lanjutan observasi.</li><li>Optimalisasi; stabilitas dan pengendalian faal vital (sirkulasi dan pernafasan).</li><li>Sirkulasi : infus. cairan disesuaikan menurut kebutuhan, tidak overhidrasi. pengendalian elektrolit.</li><li>Pernafasan : menghisap sektret, darah, muntahan. trakeostomi menurut indikasi .</li><li>Nutrisi, lewat pipa lambung atau oral menurut keadaan penderita..</li><li>Cairan hipertonik dipakai menurut indikasi : pada keadaan yang mengancam jiwa karena tekanan intrakranial yang meningkat dan pada penderita yang disiapkan operasi.</li></ul><br /><br /></div></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-6776102234374373022010-04-24T19:51:00.006+07:002010-04-24T20:23:15.622+07:00PENATALAKSANAAN BENDA ASING JALAN NAFAS<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/penatalaksanaan-benda-asing-jalan-nafas.html"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 130px; height: 99px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_Rq2TYvB4N50/S9Ltt5uGybI/AAAAAAAAACY/Fy5iGO1ZCW8/s320/trachea+laring.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5463690670797932978" border="0" /></a><br /><a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/penatalaksanaan-benda-asing-jalan-nafas.html">BENDA ASING (<span style="font-style: italic;">corpus alineum)</span> JALAN NAFAS (Laring, trakea, bronkus)</a><br /><blockquote><a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/penatalaksanaan-benda-asing-jalan-nafas.html">Benda asing jalan nafas</a> adalah benda asing yang secara tidak sengaja terhirup masuk ke jalan nafas ( laring, trakea dan bronkus ).</blockquote><br />PATOFISIOLOGI<br /><blockquote>Sering terjadi pada anak-anak dibawah 6 tahun yang pertumbuhan gerahamnya belum terbentuk sempuma.<br />Jenis benda asing: kacang, kecik, sempritan mainan dll<br />Masuknya benda asing ke dalam laring, trakea/bronkus terjadi ketika benda berada di dalam mulut penderita, penderita menghirup nafas ( inspirasi ) dengan mulut terbuka (waktu tertawa atau menangis ), sehingga benda tersebut terhisap masuk ke dalam laring atau trakea / bronkus.</blockquote><br /><span class="fullpost"><br />DIAGNOSIS<br />1. Anamnesis:<br /><ul><li>Pada awalnya timbul batuk mendadak, hebat, bertubi-tubi dan dapat sampai biru (sianosis).Kemudian diikuti dengan fase tenang, tidak batuk, sebab benda asing berhenti pada salah satu cabang bronkus. Bila "lepas", dapat timbul batuk -batuk lagi.</li><li>Sesak nafas terjadi bila ada penyumbatan pada laring atau trakea.</li><li>Anamnesis yang cermat,sangat penting dalam menegakkan diagnosis.</li></ul>2. Pemeriksaan fisik:<br /><ul><li>Kadang-kadang tidak dapat diternukan gejala yang jelas.</li><li>Bila ada penyumbatan jalan napas atas, tampak:</li></ul><blockquote>gelisah<br />sesak<br />stridor inspirasi</blockquote><ul><li>Retraksi supraklavikuler, interkostal, epigastrial, supra steroal biru (sianosis)</li><li> Bila benda asing berhenti pada salah satu cabang bronkus:</li></ul><blockquote>Gerak nafas satu sisi berkurang<br />Suara nafas satu sisi berkurang<br />Pada fase tenang, mungkin gejala tersebut di atas tidak ada.</blockquote><br /><br />3. Pemeriksaan tambahan:<br /><blockquote>X-foto toraks, hanya dikerjakan pada kasus-kasus tertentu, karena bila masih baru dan bendanya non radio opaqe, sering tidak tampak kelainan.</blockquote>DIAGNOSIS BANDING<br /><ul><li>Asma bronkial: didapatkan stridor ekspiratoir.</li><li>Laringitis akut.</li><li>Trakeitis</li><li>Bronkitis</li><li>Pneumoni</li></ul><br />PENYULIT<br /><ul><li>Penyumbatan total laring/trakea ------ meninggal</li><li>Bronkitis</li><li>Pneumoni</li><li>Emfisema, terjadi bila timbul "check valve mechanism", di mana udara dapat masuk tetapi tak dapat keluar.</li><li>Atelektasis, terjadi bila timbul penyumbatan total pada salah satu cabang bronkus.</li></ul><br />TERAPI<br /><ul><li>Ekstraksi benda asing melalui bronkoskopi</li><li>Bila sesak dapat dilakukan trakeotomi.</li><li>Bila penderita apatis dan tidak tersedia peralatan tersebut, dapat dilakukan "Heimlich manouvre".</li></ul><br />Cara-cara pengiriman penderita:<br /><ul><li>Duduk, miring ke sisi obstruksi ( anak dipangku ibunya ).</li><li>Jangan banyak bergerak atau menangis, sebab benda asing dapat cepat dibatukkan dan mungkin dapat terjepit pada rima glotis sehingga menimbulkan penyumbatan jalan nafas yang fatal</li><li>Diberikan oksigen.</li><li>Sebaiknya disertai paramedis yang dapat melakukan'Heimlich</li></ul><br /><br /><br /><br />Tag : <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/penatalaksanaan-benda-asing-jalan-nafas.html">Benda asing di Laring</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/penatalaksanaan-benda-asing-jalan-nafas.html">benda asing di trakea</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/penatalaksanaan-benda-asing-jalan-nafas.html">benda asing di trachea</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/penatalaksanaan-benda-asing-jalan-nafas.html">benda asing di bronkus</a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-4031782591749076422010-04-18T20:33:00.009+07:002010-04-19T01:47:23.521+07:00PENGOBATAN MEDIKAMENTOSA UNTUK BERBAGAI BENTUK ISKEMIA MIOKARD<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_Rq2TYvB4N50/S8sL_agObcI/AAAAAAAAACQ/pc3Ja2WsTPc/s1600/jantung.jpg"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 120px; height: 120px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_Rq2TYvB4N50/S8sL_agObcI/AAAAAAAAACQ/pc3Ja2WsTPc/s320/jantung.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5461472157191007682" border="0" /></a><br />1. Angina Stabil<br />a. Nitrat :<br /><ul><li>Nitrogliserin : dosis 0,3 – 0,8 mg sublingual</li><li> Preparat nitrat jangka panjang : isosorbiddinitrat</li><li>Pemberian : </li></ul><ol><li>sublingual 2,5 – 10 mg</li><li> oral 5 - 30 mg.</li></ol><ul><li> Sebaiknya pemberian oral tidak lebih dari 3 x sehari, karena akan</li><li> menimbulkan tolerans.</li></ul><br /><span class="fullpost"><br />b. Penyekat Beta :<br /><blockquote>Cara kerja penyekat beta untuk mengurangi iskemia miokard ialah :<br /><ul><li>Menurunkan tekanan darah, sehingga beban depan berkurang</li><li>Menurunkan kontraktilitas miokard, sehingga kebutuhan O2 miokard berkurang.</li><li>Menurunkan frekwensi jantung, sehingga kebutuhan O2 miokard berkurang, juga aliran koroner meningkat karena masa diastol yang memanjang.</li><li>Preparat penyekat beta a.l : Propanolol, dosis 3 x 10 – 40 mg.</li></ul></blockquote><br /><br />c. Antagonis Calcium :<br />Cara kerja antagonis Calcium untuk mengurangi iskemia miokard ialah :<br /><ul><li>Dilatasi perifer, sehingga menurunkan tekanan darah dan beban muka</li><li>Dilatasi koroner</li><li>Mengurangi kontraktilitas miokard</li><li>Mengurangi frekwensi jantung ( beberapa jenis tidak )</li></ul>Preparat antagonis Calcium yang dapat dipakai antara lain ialah :<br /><ol><li>Nifedipin, dosis 3 x 5 – 10 mg</li><li>Diltiazem, dosis 3 x 30 – 60 mg</li><li>Verapamil, dosis 3 x 40 – 80 mg.</li></ol><br />2. Angina tak stabil<br /><blockquote>Pada umumnya disebabkan :<br />- Adanya stenosis yang menetap, disertai<br />- Spasme arteria koronaria, dan /atau<br />- Agregasi trombosit yang non-oklusif.</blockquote><br /><blockquote>Pada umumnya angina tak stabil dianggap sangat potensial untuk menjadi infark miokard akut, sehingga diperlukan perawatan intensif.<br />Obat-obatan yang dipakai :<br /><ul><li>- Preparat nitrat</li><li>- Penyekat beta</li><li>- Antagonis Calcium</li><li>- Anti trombosit, pada umumnya aspirin, dengan dosis 100 – 200 mg/hari.</li></ul></blockquote><br />3. Angina varian<br /><blockquote>Pada umumnya dianggap bahwa angina varian disebabkan karena spasme arteria koronaria, sehingga pengobatannya terutama mengutamakan dilator koroner yang kuat, yaitu :<br /><ul><li>Preparat nitrat</li><li>Antagonis Calcium</li><li>Penyekat beta, tetapi harus dipertimbangkan bahwa sering penyekat beta dapat menyebabkan meningginya tonus arteria koronaria</li><li>Prazosin mungkin bisa membantu menghilangkan spasme arteria koronaria.</li><li>Dosis : secara titrasi 3 x 0,5 – 1 mg, dengan observasi tekanan darah</li></ul></blockquote>.<br /><br />4. Infark miokard akut<br /><blockquote>Karena infark miokard akut ialah suatu kejadian yang sangat gawat dan memerlukan perawaan yang sangat khusus, maka diagnosa harus dapat ditetapkan dengan cepat dan cermat, yaitu :<br /><ul><li>Nyeri dada yang khas lebih dari ½ jam, tetapi kadang-kadang bisa tanpa nyeri</li><li>Faktor-faktor resiko yang cukup</li><li>EKG, bila perlu serial, yang menunjukkan elevasi ST yang diikuti Q patologis, terutama yang menunjukkan evolusi.</li><li>Kelainan enzim : SGOT, SGPT, CPK, LDH yang meningkat.</li></ul></blockquote><br /><br />Perawatan Infark Miokard Akut<br /><blockquote><ul><li>Perawatan intensif</li><li>Pemantauan penyulit-penyulit yang mungkin timbul</li><li>Meringankan beban jantung dengan :</li><li>Menenangkan penderita, bila perlu dengan sedativa</li><li>Menghilangkan nyeri iskemia dengan :</li></ul><ol><blockquote><li>Morfin intravena secara titrasi</li><li>Preparat nitrat sublingual atau oral</li><li>Penyekat beta bila tak ada kontraindikasi</li></blockquote></ol><ul><li>Mengatur tekanan darah dan frekwensi jantung</li><li>Memberikan O2 untuk sedikit menambah oksigenasi miokard</li><li>Yang sangat penting : revaskularisasi dengan pengobatan trombolitik.</li></ul></blockquote><br /><blockquote>Obat yang dipakai ialah Streptokinase, dengan cara pemberian : 1,5 juta unit Streptokinase dilarutkan dalam 100 ml Dekstrosa 5%, diberikan intravena selama 1 jam</blockquote><br /><br />Tag : Angina, angina Pektoris, Infark miokard akut, penyakit jantung, gagal jantung<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-38453235964749638622010-04-18T00:16:00.013+07:002011-06-19T00:23:14.694+07:00PENATALAKSANAAN ANAFILAKSIS<a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/pengertian-anafilaksis-adalah-suatu.html" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 108px; height: 116px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_Rq2TYvB4N50/S8nwOJOG2hI/AAAAAAAAACI/GwooiGVjUt8/s320/SHOCK+ANAFILACTIC.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5461160148947360274" border="0" /></a>PENGERTIAN<br /><a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/pengertian-anafilaksis-adalah-suatu.html">Anafilaksis</a> Adalah suatu reaksi alergi yang terjadi akut, segera dan hebat, sebagai akibat kontak dengan alergen.<br /><br />PATOFISIOLOGI :<br />Anafilaksis terjadi sebagai akibat dari interaksi antigen-antibodi ( golongan IgE ).<br />IgE ini melekat pada permukaan sel basofil dan mastosit. Setelah kontak dengan alergen, basofil dan mastosit mengeluarkan mediator : histamin, SRS-A, kinin, ECF-A. Mediator-mediator ini memberi efek farmakologis : mengaktivasi mediator-mediator lain dan refleks-refleks sehingga terjadi gambaran klinis anafilaksis.Alergen dapat masuk tubuh melalui hirupan, suntikan, per oral, maupun inokulasi.Alergen dapat berupa :<br />a.Bahan-bahan untuk pengobatan :<br /><ol><li>Antibiotika ( Penicillin )</li><li>Zat putih telur asing ( insulin, ACTH, serum heterolog, ATS, ADS, SABU ).</li><li>Ekstrak alergen ( untuk uji kulit dan imunoterapi ).</li><li>Darah dan komponen-komponennya.</li><li>Cairan ( Dekstran )</li><li>Dan lain-lain.</li></ol>b. Makanan, misalnya buah-buahan, susu, telur, ikan, kacang.<br />c. Bahan-bahan untuk diagnostik ( media kontras ).<br />d. Sengatan/gigitan serangga ( lebah ).<br />e. Dan lain-lain<br /><span class="fullpost"><div><br />GEJALA KLINIS :<br />Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik. Walaupun kadang-kadang didahului oleh rasa tidak enak/takut, secara akut dan segera dapat timbul :<br /><ol><li>Obstruksi jalan napas atas ( sembab larynx ) dan bawah ( asma ), disusul renjatan kardiovaskuler secara sekunder.</li><li>Secara primer timbul renjatan tanpa didahului gejala-gejala pernapasan.</li><li>Rasa gatal, kemerahan seluruh tubuh dan pembengkakan tanpa menjadi lebih hebat ( urtikaria dan sembab angioneurotik ).<br /></li></ol>DIAGNOSA :<br /><blockquote>Diagnosa dapat dibuat apabila setelah kontak ( expossure ) dengan antigen segera timbul gejala sesak napas dan renjatan.</blockquote><br />DIAGNOSA BANDING :<br /><blockquote>Renjatan anafilaktik harus dibedakan dari renjatan karena sebab lain. Renjatan-renjatan ini biasanya tidak terjadi begitu mendadak.</blockquote><br />PENATALAKSANAAN :<br />Dalam penatalaksanaan renjatan anafilaktik, urutan tindakan perlu diperhatikan.<br /><ol><li>Adrenalin 1 : 1000 dengan dosis 0,01 ml/ kg BB, subkutan ( maksimal 0,3 ml ).</li><li>Pasang tourniquet pada bagian pangkal dari tempat masuknya alergen ( gigitan serangga, suntikan obat ).</li><li>Beri Adrenalin 0,1 – 0,3 ml subkutan pada tempat masuknya alergen bila alergen telah diberikan / masuk secara subkutan.</li><li>Bila perlu pemberian Adrenalin dapat diulang setiap 15 – 20 menit.</li><li>Beri zat asam dengan nose prong atau sungkup 2 – 3 L/menit.</li><li>Beri Diphenhydramin 2 mg/ kg BB intravena atau intramuskular, dilanjutkan dengan 3 mg/ kg BB/ 24 jam dibagi 3 dosis.</li><li>Pasang infus dan beri NaCl 0,9%. Bila terjadi hipotensi atau tekanan darah tidak terukur, beri NaCl 0,9% 20 – 40 ml/ kg BB dalam 1 – 2 jam.</li><li>Bila perlu tambahkan plasma atau cairan ekspander lain 10 – 20 ml/kg BB dalam 1–2 jam.</li><li>Pemberian Kortikosteroid :</li><ul><li>Hidrokortison 4 – 7 mg/ kg BB secara intravena, dilanjutkan dengan 4 – 7 mg/ kg BB/ 24 jam dibagi dalam 3 – 4 dosis selama 24 – 48 jam, atau</li><li>Metil prednisolon 1/5 dosis hidrokortison, atau</li><li>Deksametason 1/25 dosis hidrokortison.</li></ul><li>Beri Aminofilin bila ada tanda-tanda obstruksi jalan napas bagian bawah ( asma ) dengan dosis 7 mg/ kg BB dilarutkan dalam 10 – 20 ml NaCl 0,9% secara intravena dalam waktu 10 – 20 menit, dilanjutkan dengan 9 mg/ kg BB dibagi 3 – 4 dosis.</li><li>Bila nadi dan tekanan darah sudah stabil, infus diganti dengan Dekstrose 5% dalam 0,45% NaCl 1 – 1,5 kali kebutuhan rumatan.<br /></li></ol>KOMPLIKASI :<br /><ol><blockquote></blockquote><li>Obstruksi jalan napas bagian atas ( sembab larynx )--> Pasang pipa endotracheal atau tracheostomi.</li><li>Obstruksi jalan napas bagian bawah ( asma ) -->Beri : Aminofilin, Hidrokortison, Terbutalin atau pasang ventilator.</li><li>Renjatan berkepanjangan :</li><li>Beri cairan intravena NaCl 0,9% atau koloid.</li><li>Kadang-kadang perlu diberi Adrenalin intravena dengan dosis 1 ml larutan 1 : 10.000 dengan sangat hati-hati. Cara membuat larutan : 1 ml larutan 1 : 1000 dilarutkan dalam 10 ml NaCl 0,9%.</li><li>Kadang-kadang perlu diberi obaobat vasopresor, seperti Norepinephrin, Metaraminol, dan Dopamin.</li><li>Bila renjatan belum membaik, ukur CVP.</li><li>Bila tekanan <> 12 mm Hg, beri Isoproterenol.</li><li>Pemantauan ECG.</li><li>Jantung berhenti :</li></ol><ul><ul><li>Lakukan pijat jantung.</li><li>Beri napas buatan.</li><li>Beri NaBic.</li></ul><blockquote></blockquote></ul>Tag : <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/pengertian-anafilaksis-adalah-suatu.html">Penatalaksanaa anafilaktik</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/pengertian-anafilaksis-adalah-suatu.html">protap anafilaktik</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/pengertian-anafilaksis-adalah-suatu.html">prosedur tetap anafilaktif</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/pengertian-anafilaksis-adalah-suatu.html">anafilaksis</a><br /></div></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-47959511757844141972010-04-16T20:37:00.008+07:002010-04-16T20:58:56.573+07:00PROSEDUR PENATALAKSANAAN GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP AKUT PRIMER<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/prosedur-penatalaksanaan-glaukoma-sudut.html"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 123px; height: 94px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_Rq2TYvB4N50/S8hsGN2KiFI/AAAAAAAAABg/QZpzmIqXeBE/s320/Glukoma.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5460733402238584914" border="0" /></a><span style="color: rgb(51, 102, 255);">BATASAN</span><br /><blockquote>Merupakan penyakit mata dengan gangguan integritas struktur dan fungsi yang mendadak sebagai akibat peningkatan TIO yang sangat mendadak karena sudut bilik mata depan mendadak tertutup akibat blok pupil.</blockquote><br /><span style="color: rgb(51, 102, 255);">PATOFISIOLOGI</span><br /><blockquote>Mata dengan segmen anterior yang kecil dengan meningkatnya usia akan mengalami perubahan-perubahan (lensa lebih tebal, lensa lebih kedepan, pupil miosis) dan bila pada suatu saat mengalami cetusan berupa dilatasi ringan dari pupil (karena emosi, sinar yang remang-remang, obat-obatan) maka mendadak terjadi blok pupil. Akuos terbendung di bilik mata belakang yang akan mendorong iris perifer kedepan sampai menempel pada jaring trabekula sehingga sudut bilik mata depan mendadak tertutup dengan akibat TIO meningkat secara mendadak pula.</blockquote><br /><span style="color: rgb(51, 102, 255);">GEJALA KLINIS</span><br /><span class="fullpost"><br /><ul><li>tiba-tiba nyeri hebat pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi dan telinga).</li><li>mata sangat kabur dan melihat warna seperti pelangi (halo) disekitar lampu.</li><li>mual, muntah, berkeringat</li><li>mata merah, hiperemia konjungtiva dan siliar</li><li>visus sangat menurun</li><li>edema kornea</li><li>bilik mata depan sangat dangkal</li><li>pupil lebar lonjong dan tidak ada refleks terbadap cahaya.</li><li>TIO sangat tinggi</li><li>sudut bilik mata depan tertutup</li></ul><br /><span style="color: rgb(51, 102, 255);">DIAGNOSIS/CARA PEMERIKSAAN</span><br /><blockquote>Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis.<br /></blockquote><blockquote>Pada pemeriksaan didapatkan:</blockquote><ul><li>visus sangat menurun, hiperemia konjungtiva dan siliar (perilimbal), kornea sangat suram (edema).</li></ul><ul><li>Dengan lampu senter yang terang akan tampak:</li></ul><blockquote>bilik mata depan sangat dangkal<br />pupil lebar lonjong, tidak ada refleks</blockquote><ul><li>Tonometer Schiotz: TIO sangat tinggi (sampai 45 -75 mmHg)</li><li>dengan gonioskopi: sudut bilik mata depan tertutup</li></ul><br /><span style="color: rgb(51, 102, 255);">DIAGNOSIS BANDING</span><br /><ul><li>Uveitis anterior akut : </li></ul><blockquote>- pupil miosis<br />- TIO normal/menurun</blockquote><ul><li>Keratokonjungtivitis akut :<br /></li></ul><blockquote></blockquote><blockquote>- pupil normal</blockquote><ul><li>TIO normal</li><li>Glaukoma neovaskuler :<br /></li></ul><blockquote>- neovaskularisasi pada permukaan iris dan sudut bilik mata depan</blockquote><ul><li>Glaukoma fakomorfik :<br /></li></ul><blockquote>- lensa imatur atau matur</blockquote><ul><li>Glaukoma fakolitik :</li></ul><blockquote>- lensa matur atau hipermatur<br /> - bilik mata depan tidak dangkal<br /> - sudutbilik mata depan terbuka</blockquote><blockquote></blockquote><ul><li>Glaukoma sekunder karena uveitis anterior:</li></ul> <blockquote>- pupil sinekia posterior total</blockquote><br /><br /><span style="color: rgb(51, 102, 255);">PENATALAKSANAAN</span><br />Prinsip :<br /><ol><li>menurunkan TIO segera</li><li>membuka sudut yang tertutup</li><li>memberi suportif</li><li>mencegah sudut tertutup ulang</li><li>mencegah sudut tertutup pada mata jiran (fellow eye)</li></ol><br />1. Menurunkan TIO segera<br /><ul><li>Hiperosmotik : tekanan osmose plasma meningkat sehingga menarik cairan dari dalam mata.</li></ul><blockquote>Gliserin I - 1.5 ml/kgBB dalam bentuk 50% larutan (dicampur cairan sari buah dsb. dengan jumlah yang sama) diminum sekaligus.<br />Bila cairan gliserin sukar diminum karena sangat mual/muntah, dapat diberi Mannitol 1 - 2 gram/kgBB 20% daiam infus dengan kecepatan 60 tetes/menit.</blockquote><blockquote>NOTE : Bila TIO sudah turun mencapai normal dosis ini tidak perlu dihabiskan.</blockquote><ul><li>Acetazolamide: menekan produksi akuos.</li></ul><blockquote>Langsung diberi 500 mg peroral dan dilanjutkan dengan 250 mg tiap 6 jam. Bila sangat mual/muntah dapat diberikan secara intravena dengan dosis 500 mg.</blockquote><ul><li>Beta adrenergik antagonis: menekan produksi abios* Timolol maleate 0.25% - 0.5% tetes 2 x/hari</li></ul>2. Membuka sudut yang tetutup<br /><ul><li>Miotikum : iris tertarik dan menjauh dari trabekula sehingga sudut terbuka.</li></ul><blockquote>Pilokarpin 2 - 4% tetes tiap 3 - 6 jam, diberi bila sudah ada tanda-tanda penurunan TIO oleh karena TIO yang sangat tinggi akan menyebabkan:</blockquote><ul><ul><li>paralisis sfingter pupil sehingga pupil tidak bereaksi terbadap Pilokarpin.</li><li>edema kornea sehingga daya menyerap Pilokarpin kurang.</li></ul></ul><blockquote>Tidak dianjurkan frekuensi pemberian Pilokarpin yang banyak karena mungkin dapat timbul krisis kolinergik lagi pula sudut dapat dibantu terbuka oleh Acetazolamide</blockquote><ul><li>Acetazolamide : akuos dibilik mata belakang berkurang sehingga tekanan dibilik mata depan menjadi lebih tinggi dari bilik mata belakang dan hal ini akan menyebabkan penekanan iris kebelakang menjadi trabekula, sehingga sudut terbuka (bila belum ada perlekatan).</li></ul>3. Memberi suportif dengan mengurangi nyeri, mual/muntah dan reaksi radang.<br /><ul><li>Pethidine (Demerol) untuk nyeri</li><li>Antiemetik untuk mual/muntah</li><li>Anti inflamasi topikal (kortikosteroid) untuk reaksi radang</li></ul>4. Mencegah sudut tertutup ulang:<br /><blockquote>Iridektomi perifer (bedah atau Laser).Walaupun dengan obat-obatan TIO sudah turun dan sudut sudah terbuka, iridektomi perifer tetap harus dilakukan. Karena bila obat-obatan sudah dihentikan lain mengalami cetusan yang menimbulkan blok pupil, maka akuos dibilik mata belakang tidak akan terbendung karena dapat terus mengalir melalui lubang iridektomi ke bilik mata depan sehingga sudut tetap terbuka</blockquote>5. Mencegah sudut tertutup pada mata jiran (fellow eye).<br /><blockquote>Mata jiran umumnya memiliki anatomi mata yang sama dengan mata yang sakit sehingga kemungkinan dapat juga mengalami serangan sudut tertutup bila ada pencetus (40-80% mata jiran mengalami serangan glaukoma sudut tertutup dalam waktu 5 -10 tahun).<br />Oleh karena itu pada saat serangan akut pada mata yang sakit, mata jiran diberi Pilokarpin 2% tiap 6 jam sambil disiapkan untuk dilakukan Iridektomi perifer.</blockquote><br /><a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/prosedur-penatalaksanaan-glaukoma-sudut.html">Tag :Gloucoma, Gloucoma Acute, Gloukoma, TIO, Tekanan Intra Okuli, Penyakit Mata, Pahofisiologi Gloukoma, Glaukoma neovaskuler, Glaukoma fakomorfik, Glaukoma fakolitik, Menurunkan TIO, Uveitis anterior akut, Keratokonjungtivitis akut, GEJALAKLINIS GLOUKOMA</a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-52112343546374638132010-04-12T20:31:00.005+07:002010-04-16T22:50:19.534+07:00PROSEDUR PENATALAKSANAAN RINITIS ALERGI<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/prosedur-penatalaksanaan-rinitis-alergi.html"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 116px; height: 106px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_Rq2TYvB4N50/S8MjMcjwZpI/AAAAAAAAABY/32X15j8bSRA/s320/RINITIS+ALERGI.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5459245870034740882" border="0" /></a>BATASAN<br /><blockquote>Suatu reaksi abnormal (hipersensitif) yang bersifat khas, yang timbul pada penderita atopi, bila terjadi kontak dengan suatu bahan (antigen/alergen) yang pada orang normal tidak menyebabkan reaksi apapun. Reaksi yang dimaksud ialah bersin-bersin paroksismal, pilek encer, dan hidung buntu.<br /></blockquote><span class="fullpost"><br /><br /><br />ETIOLOGI<br />Alergen:<br /><ul><li>Inhalan : debu rumah, debu kapuk, jamur, bulu hewan, dsb.</li><li>Ingestan : buah, susu, telur, ikan laut, kacang-kacangan dsb.</li></ul><br />PATOFISIOLOGI<br />Sebagai manifestasi reaksi antigen antibodi pada hidung sebagai "shock organ", timbul dilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler, sehingga timbul oedema Karena terjadi peningkatan sekresi kelenjar, maka timbul sekresi yang encer.<br />Terjadi penumpukan eosinofil di daerah reaksi dan sekitarnya.<br /><br />GEJALA KLINIK<br /><ul><li>Serangan timbul bila terjadi kontak dengan alergen penyebab.</li><li>Didahului rasa gatal pada hidung, mata, atau kadang-kadang palatum mole.</li><li>Bersin-bersin paroksismal, pilek encer dan buntu hidung.</li><li>Gangguan pembauan, mata sembab dan berair, kadang-kadang disertai sakit kepala.</li><li>Mungkin ada manifestasi alergi pada organ lain.</li><li>Tidak ada tanda-tanda infeksi ( misalnya panas badan ).</li><li>Mungkin ada riwayat alergi pada keluarga.</li></ul><br />DIAGNOSIS<br />1. Anamnesis yang lengkap dan cermat.<br />2. Pemeriksaan:<br /> <blockquote>Rinoskopi anterior : konka oedema dan pucat, sekret seromusinus.<br />Pemeriksaan tambahan:<br /></blockquote><ul><li>Eosinofil sekret hidung. Positif bila >= 25 %.</li></ul><ul><li>Eosinofil darah .Positif bila > 400 / mm.</li><li>Teskulit: "Prick test".</li><li>X foto Water’s, bila dicurigai adanya komplikasi sinusitis.</li><li>Bila diperlukan dapat diperiksa: * IgE total serum ( RIST dan PRIST ). Positif bila > 200 IU.</li><li>Ig E spesifik ( RAST ).</li></ul><br />DIAGNOSIS BANDING<br /><ol><li>Rinitis akut ("Infectious Rhinitis"): ada keluhan panas badan, mukosa hiperemis, sekret mukopurulen.</li><li>Rinitis karena Iritan ("Irritan Contact Rliinitis") : karena merokok, iritasi gas, bahan imia, debu pabrik, bahan kimia pada makanan.</li><li>Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis yang cermat, pemeriksaan alergi yang negatif.</li><li>Rinitis medikamentosa ("Drug Induced Rhinitis") : karena penggunaan tetes hidung dalam jangka lama, reserpin, klonidin, alfa metildopa, guanetidin, klor promasin, dan fenotiasin yang lain.</li><li>Rinitishormonal("HormonallylnducedRliinitis"): Pada penderita hamil,hipertiroid, penggunaan pil KB.</li><li>Rinitis vasomotor</li></ol><br />PENYULIT<br /><ul><li>Sinusitis paranasal (tersering sinusitis maksilaris).</li><li>Polip hidung.</li><li>Otitis media.</li></ul><br />TERAPI<br />1. Hindari alergen penyebab.<br />2. Simtomatik:<br /><ul><li>Antihistamin ( pada saat serangan dapat dipakai CTM 3 x 2-4 mg atau Loratadin/ Astemizole 1 x 10 mg sehari ).</li><li>Kortikosteroid (Deksametason, Betametason), ingat kontra indikasi. </li><li>Diberikan dengan "tappering off".</li><li>Dekongestan lokal: tetes hidung. Larutan Efedrin 1/2-1%, atau Oksimetazolm 0.025% - 0.05%, bila diperlukan, dan tidak boleh lebih dan seminggu.</li><li>Bila perlu buntu hidung dapat diterapi dengan kaustik konka inferior.</li><li>Dekongestan oral: Psedoefedrin, 2 - 3 x 30 - 60 mg sehari.</li></ul>3. Meningkatkan kondisi tubuh:<br /><ul><li>Olah raga pagi.</li><li>Makanan yang baik.</li></ul><br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-50758864318374384272010-04-06T20:55:00.013+07:002011-04-22T14:48:41.678+07:00PENANGANAN INTOKSIKASI BAHAN KIMIA AKUT<div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/penanganan-intoksikasi-bahan-kimia-akut.html"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 128px; height: 133px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_Rq2TYvB4N50/S7tEt0eqBjI/AAAAAAAAAA4/aOk0Lma9LKQ/s320/intoksikasi.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5457030927461516850" border="0" /></a><span><a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/penanganan-intoksikasi-bahan-kimia-akut.html"><b>Intoksikasi bahan kimia</b></a></span><b> </b>adalah suatu kondisi keracunan akibat masuknya bahan kimia tertentu ke dalam tubuh yang menyebabkan timbulnya kelainan pada tubuh.<br /></div><div style="text-align: justify;">Intoksikasi obat dapat timbul akut atau kronis. Dapat terjadi akibat bunuh dini ( tentamen suicide ) atau pembunuhan ( homicide ), maupun kecelakaan tidak sengaja ( accidental ).<br /></div><div style="text-align: justify;">Pada orang dewasa keracunan obat umumnya akibat usaha bunuh diri, kebanyakan dilakukan oleh wanita muda ( usia 10 – 30 tahun ). Sedang pada anak-anak kebanyakan karena kecelakaan<br /></div><span class="fullpost"><br />Etiologi<br /><br /><div><div style="text-align: justify;"><blockquote>Penyebab terbanyak adalah insectisida fospat organik ( IFO ), sedativa- hipnotika dan analgetika, minyak tanah , bahan korosif, dan pestisida lain ( hido karbon clorin dan racun tikus )</blockquote></div><span style="font-weight: bold;"><a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/penanganan-intoksikasi-bahan-kimia-akut.html">Prosedur Penatalaksanaan</a></span><br /><div style="text-align: justify;"><blockquote>Diagnosa tidak selamanya mudah. Harus selalu dipikirkan pada setiap penderita yang sebelumnya tampak sehat, mendadak timbul gejala-gejala koma, kejang-kejang, shock, cyanosis, psikosis akut, GGA, atau gagal hati akut tanpa diketahui penyebabnya</blockquote></div><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">1. Anamnesa</span><br /><div style="text-align: justify;">Biasanya hetero anamnesa karena penderita biasanya tidak sadar atau malu berterus terang<br /></div>Usahakan mendapatkan :<br /><blockquote>• Nama bahan<br />• Jumlah bahan<br />• Saat penderita minum obat<br />• Cari bekas-bekas bungkus/kemasan obat (bahan kimia)<br />• Tempat / botol obat<br />• Resep terakhir<br />• Surat-surat yang baru saja ditulis<br /></blockquote><br />Tanyakan apakah ada :<br /><ul><li>Riwayat perselisihan dengan keluarga, teman dekat , teman sekantor</li><li>Masalah ekonomi yang berat</li></ul><br /><span style="font-weight: bold;">2. Pemeriksaan fisik</span><br /><blockquote>• Ukur tekanan darah<br />• Nadi<br />• Suhu<br />• Frekwensi pernafasan<br />• Tentukan tingkat kesadaran<br /><br />Sifat gangguan kesadaran penderita<br /><div style="text-align: justify;">Koma yang tenang biasanya akibat golongan sedativa- hipnotika<br /></div>Bila disertai gelisah sampai kejang-kejang dapat disebabkan oleh alkohol, INH, insectisida golongan hidrokarbon chlorin<br /></blockquote><blockquote></blockquote>Perlu diperhatikan adanya :<br /><blockquote>• Luka- luka di sekitar mulut<br />• Bau nafas yang khas<br />• Adanya hyper salivasi<br />• Hyperhidrosis<br />• Pupil yang miosis</blockquote><br />3. Pemeriksaan laboratorium<br /><blockquote>Pemeriksaan laboratorium rutin biasanya tidak banyak membantu<br />Pemeriksaan toksikologi<br />Penting untuk kepastian diagnosa terutama untuk keperluan visum et repertum<br /><ul><li>Bahan diambil dari</li><li>Muntahan penderita atau dari kumbah lambung yang pertama sekitar 100 ml</li><li>Urine sebanyak 100 ml</li><li>Darah tanpa anti koagulan sebanyak 10 ml</li></ul> Sisa bahan kima atau sisa obat yang diduga menjadi penyebab keracunan<br /></blockquote><br /><span style="font-weight: bold;">Penatalaksanaan</span><br /><span style="font-weight: bold;">1. Pertolongan pertama ( “ First aid “ )</span><br /><blockquote>Sangat tergantung pada cara racun masuk ke dalam tubuh penderita<br />a. Racun yang tertelan<br /><ul><li>Segera baringkan penderita pada tempat datar</li><li>Usahakan secepatnya memuntahkan racun dengan cara :</li><li>Merangsang faring dengan ujung telunjuk, pangkal sendok</li><li>Memberi minum 15 – 30 ml sirop Ipecac diikuti ½ gelas air minum diulang setelah 15 menit</li><li>Berikan Norit sebanyak 25 – 40 gram</li></ul><br />Kontra indikasi :<br /><ul><li>Kejang</li><li>Koma</li><li>Tertelan bahan korosif ( asam atau basa kuat )</li><li>Bahan minyak (minyak tanah, bensin, minyak cat atau thinner)</li></ul><br />b. Racun yang dihirup<br /><ul><li> Bawa penderita ke udara bebas</li><li>Berikan oksigen secepatnya</li><li>Bila perlu lakukan pernafasan buatan</li></ul> c. Keracunan melalui kulit<br /><ul><li>Bersihkan kulit yang terkena secepatnya dengan air mengalir</li><li>Selama melepas pakaian penderita tubuh penderita tetap diguyur dengan air</li><li>Kulit yang terkena disabuni sebersih mungkin</li><li>Keramasi rambut penderita</li></ul><br />d. Keracunan melalui mata<br /><ul><li>Lipat kelopak mata keluar</li><li>Segera bersihkan mata dengan air mengalir sekitar 15 menit dengan semprotan atau tetes mata</li></ul></blockquote><span style="font-weight: bold;">2. Penatalaksanaan darurat ( umum atau khusus )</span><br /><br /><blockquote>Dikerjakan bersama-sama dengan tindakan diagnostik<br />Tujuan<br /><ul><li>Mempertahankan kehidupan penderita</li><li>Mencegah penyerapan racun dengan cara menghambat absorbsi</li><li>Menghilangkan racun dari dalam tubuh</li></ul><br />Resusitasi ( ABC )<br />A ( airway ) :<br /><ul><li>Bebaskan jalan nafas dari sumbatan :</li><li>Bahan muntahan</li><li>Lendir</li><li>Gigi palsu</li><li>Pangkal lidah</li><li>Kalau perlu dengan pemasangan Mayo dan penggunaan Suction pump</li></ul><br />B ( breathing ) :<br /><ul><li>Jaga agar pernafasan tetap dapat berlangsung dengan baik</li><li>Bila perlu berikan nafas buatan</li></ul><br />C ( circulation ) :<br /><ul><li>Tekanan darah dan nadi dipertahankan dengan infus RL atau PZ dengan tetesan 15 – 20 tetes/ menit kalau perlu dengan kecepatan tinggi</li><li>Bila perlu lakukan pemberian cairan koloid sebanyak 500 – 1000 ml dala 24 jam</li><li>Bila terjadi “ cardiac arrest lakukan pijat jantung ekternal ( CPR )</li></ul><br /><span style="font-weight: bold;">Eliminasi</span><br />Tujuannya :<br /><ul><li>Menghambat penyerapan lebih lanjut</li><li>Menghilangkan bahan racun atau hasil metabolismenya dari tubuh penderita</li><li>Tindakan ini dikerjakan dengan :</li></ul><br /><span style="font-weight: bold;">Emesis :</span><br /><ul><li>Merangsang penderita supaya pada penderita yang sadar atau dengan memberikan syrup Ipecac 15 – 30 ml</li><li>Dapat diulang setelah 20 menit bila masih belum berhasil</li><li>Karbon aktif ( Norit ) baru bleh diberikan setelah emesis terjadi</li><li>Bila emesis berhasil dikerjakan dalam waktu 1 jam setelam keracunan 30 – 60 % racun dapat dieliminasi</li><li>Bila baru berhasil setelah lebih dari 1 jam efektivitasnya <></li><li>Kontra indikasi :</li></ul><ol><blockquote><li>Kesadaran menurun</li><li>Keracunan bahan korosif</li><li>Keracunan minyak tanah</li><li>Keracunan obat-obat yang dapat menimbulkan convulsi</li></blockquote></ol><br /><span style="font-weight: bold;">Katarsis ( “ Intestinal lavage “ )</span><br /><ul><li>Dilakukan dengan pemberian laksansia</li><li>Terutama untuk racun yang tidak dapat diserap melalui saluran cerna atau jika diduga racun telah mencapai usus halus atau colon</li><li>Laksansia yang aman dipakai :</li></ul><blockquote><ol><li>Na sulfat : 30 gram dalam 200 – 250 ml air</li><li>Na fosfat ( “ Fleet’s Phospho soda “ ) : 15 – 60 ml diencerkan sampai seperempatnya</li><li>Sorbitol atau Manitol ( 20 – 40 % ) : 100 – 200 ml</li><li>Castor oil : 15 – 30 ml ( kontra indikasi pada keracunan “ Chlorinated insectisides “ )</li></ol></blockquote></blockquote><br /><span style="font-weight: bold;">3. Perawatan jiwa</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Referensi</span><br /><ol><li>Dreisbach, R.H. and Robertson, W.O : Handbook of Poisoning – Prevention , Diagnosis and Treatment 12th ed.,Prentice- Hall Int.Inc., New Jersey, 1987</li><li>Hernomo K. et al : Buku Petunjuk Penanganan Keadaan Gawat Darurat Medik RS. Dr. Soetomo Surabaya, 1984 ,hal : 28 – 29</li><li>Hernomo K : Keracunan Akut Bahan Kimia. Naskah Lengkap PKB I Laboratorium Ilmu Penyakit dalam FK. UNAIR – RSUD Dr. Soetomo Surabaya,4 Juli 1987, hal : 103</li><li>Hernomo K : Keracunan Akut Bahan Kimia di RSUD Dr. Soetomo Surabaya 1988 – 1992. Majalah Ilmu Penyakit Dalam , Surabaya . 19: 191, 1993 </li></ol><br /><br /><br />Tag : <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/penanganan-intoksikasi-bahan-kimia-akut.html">Definisi intoksikasi</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/penanganan-intoksikasi-bahan-kimia-akut.html">etiologi, keracunan</a>, <a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/penanganan-intoksikasi-bahan-kimia-akut.html">keracunan bahan kimia,</a><a href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/penanganan-intoksikasi-bahan-kimia-akut.html"> penatalaksanaan keracunan</a></div><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-19717657554071969902010-04-05T22:13:00.010+07:002011-04-22T14:52:10.788+07:00PROSEDUR PENATALAKSANAAN ILEUS OBSTRUKSI<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/prosedur-penatalaksanaan-ileus.html"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 102px; height: 122px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_Rq2TYvB4N50/S8iK0bo5NgI/AAAAAAAAACA/PJmMYK-DnRM/s320/Ileus+Obstruktif.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5460767181563835906" border="0" /></a><br />1. Definisi<br /><span style="font-weight: bold;">BATASAN</span><br /><div style="text-align: justify;">Ileus Obstruksi Adalah gangguan pasase isi usus secara normal ke rektum karena hambatan ekstrinsik atau intrinsik, baik pada usus kecil maupun pada usus besar.<br /></div><span class="fullpost"><br /><span style="font-weight: bold;">PATOFISIOLOGI</span><br /><div style="text-align: justify;">Obstruksi usus menyebabkan reaktif hiperperistaltik, distensi lumen usus oleh gas dan cairan dan pertumbuhan kuman-kuman. Transudasi cairan kedalam lumen usus menyebabkan shock hipovolemik.<br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost">Kehilangan cairan asam lambung dan klorida pada obstruksi daerah pilorus atau jejunum proksimal menyebabkan alkalosis metabolik.</span><br /></div><span class="fullpost">Metabolik asidosis terjadi pada obstruksi usus distal.<br />Pada “Closed loop obstruction” dapat terjadi gangren dan perforasi dari usus.<br /><div><br /><span style="font-weight: bold;">GEJALA KLINIS</span><br /><div style="text-align: justify;">Kolik, borborigmi dan bising usus meningkat. Didapatkan kontur dan “steifung” disertai obstipasi dan distensi. Pada obstruksi proksimal muntah terjadi lebih dini, sedang pada obstruksi distal muntah terjadi lebih lambat.<br /></div><div style="text-align: justify;">Didapatkan dehidrasi dan febris. Bila obstruksi disertai dengan strangulasi dirasakan nyeri hebat yang terlokalisir, terus menerus dan keadaan umum yang cepat menurun.<br /></div>Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan rektum yang kosong.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS</span><br /><ul><li style="text-align: justify;">Foto polos abdomen dengan posisi tegak atau lateral dekubitus tampak distensi usus proksimal dari hambatan dan fenomena anak tangga. Pada volvulus sigmoid tampak sigmoid yang distensi berbentuk U yang terbalik.</li><li>Pada dugaan tumor kolon dapat dibuat foto barium enema.</li></ul>Penyebab ileus obstruksi yang paling sering dijumpai di Indonesia :<br /><ol><li>Hernia inguinalis lateralis inkarserata</li><li>Pelekatan (streng)</li><li>Keganasan usus besar</li><li>Pada anak-anak sering dijumpai kelainan kongenital</li><li>Kelainan lain adalah volvulus, invaginasi dan lain-lain.</li></ol>Pada ileus obstruksi perlu dibedakan antara yang tanpa strangulasi (simpel) dan yang disertai strangulasi.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">DIAGNOSIS BANDING</span><br /><ul><li>Ileus paralitik</li><li>Oklusi vaskuler usus akut.</li></ul><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_Rq2TYvB4N50/S7oFFLVITzI/AAAAAAAAAAw/xdpt8eGryL0/s1600/Ileus.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 389px; height: 260px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_Rq2TYvB4N50/S7oFFLVITzI/AAAAAAAAAAw/xdpt8eGryL0/s320/Ileus.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5456679485011676978" border="0" /></a><br /><span style="font-weight: bold;"><br /><br /><span style="font-weight: bold;">PENYULIT</span><br />Bila disertai strangulasi dapat terjadi gangren usus.<br />Cepatnya penanganan sangat menentukan prognosa penderita.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">2. Prosedur</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">PENATALAKSANAAN</span><br /><ol><li>Dekompresi dengan pipa lambung</li><li>Pemasangan infus untuk koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. Juga keseimbangan asam-basa.</li><li>Koreksi bedah. Tindakan bedah yang dilakukan sesuai dengan kelainan patologinya.</li><li>Antibiotika profilaksis atau terapeutik tergantung proses patologi penyebabnya. </li></ol><br /><span style="font-weight: bold;">3. Referensi</span><br /><ol><li>Condon, R.E., Nyhus, L.M. : Manual of Surgical Therapeutics. 7th edition., Little Brown & Coy, Boston, 1988, pp. 273 – 290. </li><li>Dudley, H.A.F. : Hamilton Bailey’s Emergency Surgery. 11th edition., Wright, Bristol, 1986, pp. 353 – 374. </li><li>Way, L.W. : Current Surgical Diagnosis and Treatment. 9th edition., Prentice Hall International Inc., 1991, pp. 610 – 611, 613 – 618, 626 – 629, 640 – 643.</li></ol><br /></span></div></span></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-33722537055497026212010-04-04T20:30:00.005+07:002011-04-22T14:54:44.111+07:00PROSEDUR TETAP ABSES PARU<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/prosedur-tetap-abses-paru.html"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 99px; height: 113px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_Rq2TYvB4N50/S8iIpTiGURI/AAAAAAAAAB4/-8hQ0y8ys_s/s320/Abses+Paru.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5460764791386034450" border="0" /></a><br /><span style="font-weight: bold;">BATASAN</span><br />Adalah lesi supuratif yang disertai dengan nekrosis jaringan di dalamnya.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">ETIOLOGI</span><br /><div style="text-align: justify;">Kuman penyebab biasanya terdiri dari campuran kuman aerob dan anaerob seperti : peptokokus, peptostreptokokus, fusobakterium spp, bakteroides spp, yang merupakan flora dari orofaring.<br /></div><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Abses dapat terjadi karena : aspirasi, penyulit pneumonia, luka trauma paru yang terinfeksi, dan infark paru yang terinfeksi atau berasal dari empiema.<br /></div>Dalam pembicaraan selanjutnya hanya abses paru yang disebabkan oleh aspirasi yang akan diuraikan lebih lanjut.<br /><div><br /><span style="font-weight: bold;">PATOGENESA</span><br />Infeksi akan mudah timbul bila ada faktor predisposisi, seperti :<br /><ol><li>Adanya sumber infeksi dari saluran napas yaitu infeksi mulut, tumor laring yang terinfeksi, bronkiektasis yang terinfeksi, dan tumor paru yang terinfeksi.</li><li style="text-align: justify;">Daya tahan saluran napas yang menurun, karena adanya gangguan seperti paralisis laring, kesadaran penderita yang menurun, akalasia, karsinoma esofagus, dan gangguan ekspektorasi.</li><li>Obstruksi mekanik saluran napas oleh karena aspirasi bekuan darah, pus, gigi, muntahan, tumor bronkus.</li></ol><blockquote><div style="text-align: justify;">Bahan yang terhisap akan masuk ke dalam paru yang letaknya lebih rendah ( gravity dependent segmen ). Pada posisi tegak aspirat akan menuju segmen basal dari lobus inferior, terutama yang kanan, tetapi bila aspirasi terjadi pada waktu tidur terlentang aspiratnya akan menuju ke segmen posterior lobus superior dan segmen superior lobus inferior.<br /></div>Proses dimulai sebagai suatu pneumonia dan bila tidak mendapat pengobatan yang memadai, maka proses akan berkembang menjadi “necrotizing pneumonia” atau abses paru.</blockquote>PATOLOGI<br />Kavitas yang terjadi akibat nekrosis jaringan, dikelilingi dinding tebal dan radang paru sekitarnya. Biasanya kavitas mempunyai hubungan dengan bronkus.<br /><br />GEJALA KLINIS<br />Batuk, dahak berbau busuk, panas badan, nyeri pleuritik, badan tambah kurus, berkeringat malam. Perjalanan penyakit yang khas adalah kronik dan lambat ( chronic and indolent ) yang berpotensi untuk terjadinya penyulit yang mendadak dan gawat seperti abses otak, batuk darah profus, piopneumothoraks.<br />DIAGNOSA<br />Diagnosa abses paru akibat aspirasi ditegakkan dengan :<br /><ol><li>Adanya riwayat aspirasi terutama pada penderita-penderita dengan gangguan kesadaran, gangguan menelan. Tetapi pada keadaan tidur sering terjadi aspirasi yang tidak disadari. Keadaan predisposisi lain untuk infeksi anaerob.</li><li>Gejala klinis yang khas : perjalanan penyakit yang kronis dan indolent. Batuk dengan dahak purulent berbau busuk.</li><li>Kelainan di satu tempat di paru sesuai dengan posisi penderita pada waktu terjadi aspirasi.</li></ol><br /><span style="font-weight: bold;">Pemeriksaan Fisik</span><br />Dijumpai tanda-tanda konsolidasi dan tanda adanya kavitas di daerah yang sakit.<br />Inspeksi : pergerakan pernapasan menurun<br />Palpasi : fremitus raba meningkat pada daerah sakit. Kadang-kadang teraba gesekan pleura.<br />Perkusi : terdengar keredupan pada daerah sakit.<br />Auskultasi : pada daerah sakit terdengar suara napas bronkial. Disertai suara tambahan kasar sampai halus. Di atas kavitas akan terdengar suara amforik.<br />Laboratorium :<br />- Darah tepi : lekosit meningkat sedang 12.000 – 20.000/ml LED meningkat Anemia.<br />- Dahak : pengecatan Gram didapatkan banyak PMN, serta bakteri dari bermacam jenis.<br />X foto dada : tampak adanya konsolidasi dari sebagian atau satu lobus yang di dalamnya terdapat “air fluid level”.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">DIAGNOSA BANDING</span><br /><ol><li>Tuberkulosis paru biasanya tidak disertai “air fluid level”</li><li>Karsinoma bronkogenik yang mengalami nekrosis. Dinding kavitas tebal, tidak rata.</li><li>Bulla atau kista yang terinfeksi ditandai dengan dinding tipis, disekitarnya tidak ada reaksi radang.</li><li>Hematom paru ditandai dengan adanya riwayat trauma, tidak ada gejala infeksi.</li><li>Skwester paru yang mengalami pembentukan abses. Tidak ada hubungan dengan bronkus ( bronkografi ).</li><li>Pneumokoniosis yang mengalami kavitasi dan ditandai dengan adanya “simple pneumoconiosis” disekitarnya.</li><li>Hiatus hernia. Pada hiatus hernia, tidak ada gejala yang berasal dari paru. Dijumpai adanya nyeri retrosternal dan rasa panas yang dirasakan di hulu hati ( heart burn ). Nyeri ini akan bertambah berat kalau penderita membungkuk.</li></ol><br />KOMPLIKASI<br /><ul><li>Batuk darah profus</li><li>Empiema atau piopneumothoraks</li><li>Abses otak</li><li>Anemia, kaheksi dan amiloidosis dapat timbul pada penyakit menahun.</li></ul><span style="font-weight: bold;">PENATALAKSANAAN</span><br /><span style="font-weight: bold;">1. Penatalaksanaan umum :</span><br />Memperbaiki keadaan umum penderita dengan diit TKTP dan minum yang banyak.<br />a. Antibiotika.<br /><ul><li>Prokain penisilin G diberikan 1,2 juta unit i.m. setiap 12 jam + Kloramfenikol 500 mg setiap 6 jam selama 10 – 15 hari. atau</li><li>Prokain penisilin G 1,2 juta unit i.m. setiap 12 jam + Metronidazol 500 mg tiap 6 jam selama 10 – 15 hari. atau </li><li> Klindamisin 600 mg tiap 8 jam selama 10 – 15 hari.</li></ul>b. Drainage postural dan fisioterapi.<br /><blockquote>Posisi tubuh diatur sedemikian rupa sehingga pus dapat keluar dengan sendirinya ( akibat gaya berat ) atau dengan bantuan fisioterapis.</blockquote><br /><br /><span style="font-weight: bold;">2. Penatalaksanaan khusus :</span><br />a. Bronkoskopi<br /><blockquote>Bila pus sukar keluar, maka perlu dilakukan bronkoskopi untuk membersihkan jalan napas dan menghisap pus.</blockquote>b. Pembedahan<br /><blockquote>Bila kemoterapi gagal. Abses menjadi menahun, kavitas tetap ada dan produksi dahak tetap ada sedangkan gejala klinis masih ada setelah terapi yang memadai selama 6 minggu atau adanya sisa jaringan parut yang luas sehingga dapat mengganggu faal paru. Hal ini semuanya merupakan indikasi tindakan bedah.</blockquote><span style="font-weight: bold;">PROGNOSA</span><br />Bila pengobatan yang tepat, tidak terlambat diberikan maka prognosanya baik.</div></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4644548328722660208.post-24269150087117712562010-04-04T20:08:00.004+07:002010-04-16T22:49:07.491+07:00PROSEDUR TETAP POST DATE<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://alifasalwa.blogspot.com/2010/04/prosedur-tetap-post-date.html"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 87px; height: 130px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_Rq2TYvB4N50/S8iG2B7DVtI/AAAAAAAAABw/lPJThbDLcAI/s320/Hamil+3.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5460762810973902546" /></a><br /><span style="font-weight: bold;">BATASAN</span><br />Kehamilan Post Date ialah: Kehamilan yang lamanya melebihi 42 minggu (294 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir atau 14 hari setelah perkiraan tanggal persalinan yang dihitung menurut rumus NAEGELE, dengan asurnsi siklus haidnya 28 hari.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">PATOFISIOLOGI</span><br /><ul><li>Penyebab post date itu sendiri masih belum jelas.</li><li>Resiko terhadapjanin disebabkan oleh karena proses penuaan plasenta sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta (insufisiensi)</li><li>Insufisiensi nutrisi yang bisa mengakibatkan IUGR ("intra uterine growth Retardation")</li><li>Insufisiensi respirasi yang bisa mengakibatkan hipoksia janin.</li></ul><span class="fullpost"><br /><span style="font-weight: bold;">DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN</span><br /><ol><li>Untuk membuat diagnosis kehamilan postdate diperlukan kecermatan dalam menentukan usia kehamilan yang tepat.</li><li>Apabila tidak dilakukan pencatatan pada usia kehamilan muda maka akan terlambat untuk mengatakan suatu kehamilan menjadi postdate.</li><li>Menentukan usia kehamilan secara tepat memang tidak mudah terutama bila Hari Pertama Menstruasi terakhir tidak jelas.</li><li>Data lain yang mungkin dapat membantu dalam menentukan umur kehamilan ialah riwayat penggunaan obat-obat induksi ovulasi, pemakaian hormonal kon trasepsi dan saat mulai dirasakannya gerakan janin oleh si ibu ("Quikening")</li><li>Pengukuran fundus uteri setinggi umbilikus pada kehamilan 20 minggu dapat dipakai sebagai indikator dalam menentukan umur kehamilan.</li><li>Pemeriksaan USG menjadi "gold standard" untuk mengkonfirmasi anamnesa dan pemeriksaan fisik.</li></ol><br /> Contoh:<br /><ul><li>Hari pertama haid terakhir (LMP) : 10-6-92</li><li>Siklus haid: 28 hari</li><li>Taksiran persalinan (EDC) : 17-3-93 (menurut rumus NAEGELE)</li><li>Post date: Kehamilan 2 minggu setelah 17-3-93 --> 2 minggu</li><li>10-6-92 --------- 17-3-93 ------------------ Post Date --> LMP EDC 294 hari / 42minggu</li></ul><br /><span style="font-weight: bold;">Pemeriksaan Penilaian Kesejahteraan Janin</span><br /><span style="font-weight: bold;">(Mulai dikerjakan pada usia kehamilan 41 mmggu)</span><br /><br /><ul><li>USG :Pengukuran biometrik janin / letakplasenta. Deteksi kelainan cacat bawaan, pengukuran jumlah air ketuban dengan "Amnotik fluid index”(AFI).</li><li>Pemantauan detik Jantung Janin:" Non Stress Test "(NST) / "Stress Test".</li><li>Penentuan maturasi janin dengan pemeriksaan cairan ketuban (“shake test” atau L/S rasio) harus dikerjakan bila pemeriksaan USG menunjukkan usia kehamilan 35 minggu.Dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan Skor pelvik (PS) menurut cara Bishop.</li><li>Amnioskopi imtuk menentukan warna air ketuban (bila mana perlu dilakukan amniotomi).</li></ul><br /><span style="font-weight: bold;">PENATALAKSANAAN</span><br />Pada dasarnya penatalaksanaan post date adalah : Merencanakan pengakhiran kehamilan.<br />Cara pengakhiran kehamilan: berdasarkan hasil penilaian kesejahteraanjanin.<br /><br />1. Penilaian Kesejahteraan Janin jelek:<br /><blockquote>a. BilaSkorpelvik: matang (>5)<br /> -->Amniotomi: jernih ------------- Drip oksitosin<br /> -->keruh -------------- SeksioSesar<br />b. Bila Skor Pelvik belum matang ( <> 5)<br />Amniotomi ------ jernih ------- Drip oksitosin<br />keruh ------- Seksio Sesar</blockquote><br />2. Bila Skor Pelvik belum matang ( <> 5) (lihat bagan hasil penilaian kesejahteraan janin baik)<br /><br />3. Penilaian Kesejahteraan Janin baik<br />Bila Skor Pelvik: matang ( > 5) drip oksitosin tanpa amniotomi<br />Bila Skor pelvik belum matang (PS <> 5 untuk dilakukan drip oksitosin Bila hasil penilaian kesejahteraan janin secara serial ragu-ragu atau jelek lihat bagan penilaian kesejahteraan janin ragu-ragu atau jelek.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">CATATAN;</span><br /><ol><li>Bila drip oksitosin dinyatakan gagal pada kasus-kasus dengan amniotomi dilakukan seksio sesar, pada kasus-kasus tanpa amniotomi keesokan harinya dilakukan penilaian kesejahteraan janin ulang kemudian dilihat hasil penilaian kesejahteraan janin dan diikuti bagan skema penilaian kesejahteraanjanui seperti diatas.</li><li>2. Yang dimaksud dengan hasil penilaian kesejahteraan janin ialah hasil NST, dan Jumlah cairan ketuban.</li></ol><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0