Penatalaksanaan Gigitan Ular

2 comments

Gigitan ular (health.detik.com)
Diperlukan sikap yang cermat dalam penanganan gigitan ular
Sikap hati-hati dalam penentukan apakah luka gigitan disebabkan ular berbisa atau bukan
Cara menentukan gigitan ular berbisa atau tidak :
  • Ular yang mengigit : Hal ini sangat sulit karena biasanya ular yang menggit tidak berhasil ditemukan
  • Bekas Gigitan

Beda gigitan ular berbisa dengan ular tidak berbisa :

Ular beracun / berbisa:
  • Bekas luka gigitan hanya 2 lubang berjajar
  • Luka bekas gigitan ada gangguan perdarahan
  • Didapatkan ecchymosis
  • Bengkak, didapatkan vesicula sampai dengan nekrosis

Ular tidak beracun / tidak berbisa:
  • Bekas luka gigitan ada 4 lubang berderet
  • Luka berbentuk goresan yang tidak dalam
  • Tidak didapatkan
  • Bisa berupa luka robek

Tanda-tanda klinis
  • Pada ular tak berbisa tidak didapatkan tanda-tanda klinis
  • Pada ular berbisa tanda klinis tampak dalam beberapa menit bergantung pada jenis ular, jumlah toksin yang masuk dan tempat gigitan
Tanda klinis bisa berupa :
a. Lokal
  • Kulit sekitar tampak oedema bisa terlhat vesicle sampai necrosis
  • Perdarahan sulit berhenti atau adanya ecchymosis
  • Kulit menjadi hipersensitif atau kadang anaestesi

b. Sistemik
  • Hemolisis
  • Gangguan pembekuan darah
  • Terjadi perdarahan spontan : epistaksis, hematuria
  • Nyeri kepala
  • Disorientasi
  • Mual, muntah
  • Berkeringat banyak
  • Kejang
  • Nadi meningkat tensi turun
  • Gangguan pernafasan
  • Penurunan kesadaran sampai coma

Penatalaksanaan
  1. Lakukan anamnesa dengan cermat; jenis ular, kapan dan dimana terjadinya
  2. Periksa tempat gigitan dan cari tanda-tanda klinis
  3. Berikan corticosteroid
  4. Berikan antibiotika
  5. Berikan SABU (Serum Anti Bisa Ular) dengan melakukan test kulit terlebih dahulu

PERHATIAN

SABU hanya diberikan bila ada tanda-tanda klinis toksin,
Tidak boleh diberikan untuk profilaksis

Read More......

Penatalaksanaan Gigitan Anjing

0 comments

Gigitan Anjing (article.wn.com)
Gigitan anjing bisa merngakibatkan :
  • Luka tusuk
  • Luka robek
  • Penularan virus Rabies ( yang paling berbahaya )
Perawatan luka :
1. Lakukan pencucian dengan air sabun
2. Pada luka tusuk :
• Lakukan cross incisi
• Cuci dengan perhidrol
• Bilas dengan boorwater
• Lakukan cauterisasi dengan Asam nitrat untuk mematikan virus Rabies

3. Pada luka robek :
• Cuci dengan perhidrol
• Bilas dngan boorwater
• Lakukan debridement
• Cauterisasi dengan Asam nitrat
• Lakukan Penjahitan Luka

Penatalaksanaan untuk mengantipasi Rabies
I. Bila binatang penggigit ditemukan
a. Lapor ke Dinas Kesehatan untuk dilakukan karantina
b. Binatang tetap hidup :
  • Daerah endemik lakukan imunisasi aktif
  • Daerah non endemik tak perlu tindakan
c. Binatang mati : kirim preparat otaknya untuk diperiksa
  • Daerah endemik lakukan imunisasi pasif sambil menunggu hasil pemeriksaan
  • Bila hasil preparat Rabies positif dilanjutkan dengan imunisasi aktif
  • Bila preparat negatif tidak perlu imunisasi lanjutan
  • Daerah non endemik lakukan imunisasi aktif
  • Bila hasil preparat positif diberikan imunisasi pasif
  • Bila negarif tak perlu imunisasi tambahan

II. Bila binatang tak diketemukan
  • Daerah endemis berikan imunisasi pasif
  • Daerah non endemis berika imunisasi aktif

III. Bila binatang terbunuh : kirimkan otaknya untuk diperiksa
  • Daerah endemis berikan imunisasi pasif
  • Daerah non endemis berikan imunisasi aktif

Read More......

Prosedur Penatalaksanaan Luka Gigitan

0 comments

Gambar Luka Gigitan ( bungakurnia.com )
Luka gigitan adalah luka yang diakibatkan oleh gigitan atau sengatan mulai dari mahluk yang paling kecil ( semut ) sampai mahluk yang paling besar ( ikan paus ) atau bahkan oleh mahluk yang beradab yakni manusia.
Akibat gigitan bisa terjadi ;
• Luka
• Infeksi
• Akibat bisa atau racun


Penanganan Luka Gigitan
Secara umum penatalaksanaan meliputi :
A. Perawatan luka :
1. Luka tusuk ( Vulnus ictum )
  • Dilakukan cross incisi untuk membuat suasana aerob
  • Dicuci dengan perhidrol
  • Dibilas dengan boor water

2. Luka terbuka ( Vulnus appertum )

  • Dicuci dengan perhidrol dan boor water
  • Dilakukan debridement
  • Dilakukan Penjahitan Luka

3. Amputasi
  • Dilakukan hemostasis
  • Merawat stomp amputasi

B. Perawatan Infeksi
Perawatan bergantung pada kuman penyebab

C. Perawatan akibat toksin
  • Akibat toksin yang berbahaya adalah distress nafas dan gangguan sirkulasi
  • Perawatan seperti perawatan Basic Life Support
  • Pemberian antidotum

Secara spesifik perawatan Luka Gigitan bergantung pada penyebab gigitan. Untuk Spesifik penanganan luka gigitan dapat di baca di postingan di bawah ini 

Penatalaksanaan Gigitan Anjing
Penatalaksanaan Gigitan Ular

Read More......

Penatalaksanaan Kanker Nasfaring

0 comments


Kanker / Cancer /Karsinoma Nasofaring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring

ETIOLOGI
Penyebab timbulnya karsinoma nasofaring masih belum jelas. Namun banyak yang berpendapat bahwa berdasarkan penelitian-penelitian epidemiologik dan eksperimental, ada tiga faktor yang berpengaruh, yakni:
• Faktor genetik (ras mongolid)
• Faktor virus (virus EIPSTEIN BARR)
• Faktor lingkungan ( polusi asap kayu bakar, bahan karsinogenik, dll )

Banyak ditemukan pada usia 40-50 tahun, laki-laki lebih banyak daripada wanita dengan perbandingan 3 : 1

HISTOPATOLOGI
Klasifikasi histopatologi menurut WHO (1982) :
TipeWHO 1:
• Termasuk disini Karsinoma sel skuamosa (KSS).
• Diferensiasi baik sampai sedang.
• Sering eksofitik (tumbuh di permukaan).

TipeWHO 2:
• Termasuk disini Karsinoma non keratinisasi (KNK)
• Paling banyakvariasmya.
• Menyerupai karsinoma transisional.

TipeWHO 3:
• Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD)
• Termasuk disini antara lain: limfoepitelioma, karsinoma anaplastik, "clear cinoma", varian sel spindel.
• Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.



Tipe WHO               Indonesia          Cina
       1                        29 %                35 %
       2                       14 %                 23 %
       3                        57 %                42 %

Menurut UICC (1987) pembagian TNM adalah sebagai berikut:
Tl = Tumor terbatas pada satu sisi nasofaring.
T2 = Tumor terdapat lebih dari satu bagian nasofaring.
T3 = Tumor menyebar ke rongga hidung atau orofaring.
T4 = Tumor menyebar ke endokranium atau mengenai syaraf otak.
Nl = Metastasis ke kelenjar getah bening pada sisi yang sama, mobil.soliter dan berukuran kurang/sama dengan 3 cm.
N2 = Metastasis pada satu kelenjar pada sisi yang sama dengan ukuran lebih dari 3 cm tetapi kurang dari 6 cm, atau multipel dengan ukuran terbesar kurang dari 6 cm, atau bilateral/kontralateral dengan ukuran terbesar kurang dari 6 cm.
N3 = Metastasis pada kelenjar getah bening ukuran lebih besar dari 6 cm.
Mo = Tidak ada metastatis jauh.
MI = Didapatkan metastasis jauh.

Penentuan  Stadium
Stadium I                    Tl                     NO            MO
Stadium II                   T2                   NO            MO
Stadium III                  T3                   NO            MO
                                   Tl-3                 Nl              MO
Stadium IV                  T4                   NO-1        MO
                                   semuaT            N2-3         MO
                                   semuaT            semuaN     M1


GEJALAKLINIK
1. Gejala dini: merupakan gejala pada saat tumor masih terbatas pada nasofaring
• Telinga : tinitus, pendengaran berkurang, grebek-grebek.
• Hidung : pilek kronik, ingus/dahak bercampur darah.
2. Gejala lanjut : merupakan gejala yang timbul oleh penyebaran tumor secara ekspansif, infiltratif, dan metastasis.
- Ekspansif :
  • Ke muka: menyumbat koane, terjadi buntu hidung.
  • Ke bawah: mendesak palatum mole; "bombans". terjadi gauggiian menelan/sesak.
- Infiltratif
  • Ke atas : masuk ke foramen laserum, menyebabkan sakit kepala, parese paralisis N III, IV, V, VI secara sendiri atau bersama-sama, menyebabkan gangguan pada mata (ptosis, diplopi, oftalmoplegi, neuralgi trigeminal).
  • Ke samping:
Menekan N IX, X : paresis palatum mole, faring, gangguan menelan.
Menekan N XI : gangguan fungsi otot sternokleido mastoideus dan otot trapezius
Menekan N XII : deviasi lidah.
- Metastasis
  • Melalui aliran getah bening, menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening leher. ( kaudal dari ujung mastoid, dorsal dari angulus mandibula, media dari otot sternokleido mastoideus ).
  • Metastasis jauh ke : hati, paru, ginjal, limpa, tulang dan sebagainya.

DIAGNOSIS
1. Anamnesis yang cermat.
2. Pemeriksaan fisik:
  • Inspeksi luar:
Wajah, mata, rongga mulut, leher.
  • Pemeriksaan THT
- Otoskopi: Liang telinga, membran timpani.
- Rinoskopi anterior:
Pada tumor endofitik tak jelas kelainan di rongga hidung, mungkin hanya banyak sekret.
Pada tumor eksofitik, tampak tumor di bagian belakang rongga hidung tertutup sekret mulcopurulen, fenomena palatum mole negati
- Rinoskopi posterior:
Pada tumor endofitik tak terlihat masa, mukosa nasofaring tampak agak menonjol, tak rata dan vaskularisasi memngkat.
Tumor eksofitik tampak masa kemerahan.
Bila perlu rinoskopi posterior dilakukan dengan menarik palatum mole ke depan dengan kateter Nelaton.
- Faringoskopi dan Laringoskopi:
Kadang-kadang faring menyempit karena penebalan jaringan retrofaring.
Refleks muntah dapat menghilang (negatif).
Dapat dijumpai kelainan fungsi laring.
- X-foto: (dilakukan atas indikasi tertentu, bila tersedia fasilitas).
Tengkorak lateral. Water, Dasar tengkorak, "CT scan".
  • Pemeriksaan tambahan
Biopsi :
  • Biopsi sedapatmungkin diarahkan paaa tumor/daerah yang dicurigai.
  • Dilakukan dengan anestesi lokal.
  • Biopsi minimal dilakukan pada dua tempat (kiri dan kanan), melalui rinoskopi anterior, bila perlu dengan bantuan cermin melalui rinoskopi posterior.
  • Bila perlu biopsi dapat diulang sampai tiga kali.
  • Bila tiga kali biopsi basil negatif, sedang secara klinis mencurigakan adanya karsinoma nasofaring, biopsi dapat diulangi dengan anestesi umum.
  • Biopsi melalui nasofaringoskopi dilakukan bila penderita trismus, atau keadaan umum kurang baik.
  • Biopsi kelenjar getah bening leher dengan aspirasi jarum halus dilakukan bila terjadi keraguan apakah kelenjar tsb. suatu metastasis.

DIAGNOSIS BANDING
1. TBC nasofaring
2. Adenoid persisten ( pada anak )
3. Angiofibroma nasofaring ( pada laki-laki muda )

TERAPI
Terapi utama: Radiasi ( 4000-6000 R ).
Terapi tambahan: Kemoterapi
Empat minggu setelah radiasi selesai, dilakukan evaluasi klinis, dan biopsi.
Bila hasil biopsi negatif dan klinis membaik, dilakukan pemeriksaan fisik serta biopsi ulang setiap bulan ( pada tahun pertama ).
Bila hasil biopsi positif, radiasi ditambah ( booster ).
Setelah radiasi ("full dose"), biopsi tetap positif diberikan kemoterapi.
Bila tetap negatif, pada tahun kedua pemeriksaan ulang dilakukan setiap 3 bulan,
kemudian pada tahun ketiga setiap 6 bulan, seterusnya setiap tahun sampai 5 tahun.

PROGNOSIS
Karena umumnya penderita datang pada stadium III / IV, prognosis biasanya jelek

Tags = Cancer Nasofaring, Kanker nasofaring, carcinoma nasofaring, Pengobatan Cancer nasofaring, Penatalaksanaan kanker nasofaring, Protap Karsoinoma nasofaring

Read More......

Glaukoma Fakolitik

3 comments

Glaukoma Fakolitik merupakan suatu glaukoma sekunder yang timbul sebagai obat keluarnya protein lensa melalui kapsul lensa yang katarak matur atau hipermatur.

Patofisiologi
Pada perkembangan katarak menjadi matur sampai dengan hipermatur, kompisisi protein lensa berubah menjadi protein dengan komponen molekul kelas berat. Protein lensa ini dapat keluar melalui kapsul lensa (yang tampaknya intak) dan membantu jaring trabekula.
Protein ini juga merangsang terjadinya reaksi peradangan dan respons makrofak dimana makrofak ini akan memakan protein lensa sehingga menambah pembuntuan pada saluran pembuangan.

Gejala Klinis
  • Tiba-tiba mata merah dan nyeri
  • Visus menurun sudah sangat lama
  • Hiperemi siliar dan konjungtiva
  • Edema kornea
  • Lensa katarak matur / hipermatur
  • TIO sangat tinggi
  • Sudut bilik mata depan terbuka

Diagnosis / Cara Pemeriksaan
Anamnesis:
- Mata merah dan nyeri
- Riwayat penglihatan sudah sangat lama menurun sebelum terjadi mata merah dan nyeri
  •  Visus: antara dapat melihat goyangan tangan (HM == Hand Movement) sampai persepsi cahaya (LP = Light Perception).
  • Dengan lampu senter yang terang akan tampak:
hiperemi perilimbal
hiperemi konjungtiva
kornea suram (edema)
  • Dengan "lampu celab biomicrosope" akan tampak lensa katarak matur
  • Tonometer : TIO > 21 mmHg
  • Gonioskopi: sudut bilik mata depan terbuka

Diagnosis Banding
1. Glaukoma fakomorfik
  • Katarak imatur atau matur
  • Sudut bilik mata depan tertutup
2. Glaukoma sekunder karena uveitis:
Sinekia posterior total, iris bombans, sudut tertutup atau dapat juga berupa miosis dengan sudut terbuka.
3. Glaukoma neovaskular
  • Neovaskularisasi pada iris.
4. Glaukoma primer sudut tertutup akut
Lensa jernih, bilik mata depan tertutup.

Penatalaksanaan Gloukoma Fakolitik
I. Segera menurunkan TIO dengan obat-obatan:
  • Glycerol 1 ml/kgBB dalam 50% larutan, dapat ditambahkan sari jeruk (lihat pengobatan untuk glaukoma primer sudut tertutup akut)
  • Bila TIO tetap 30 mmHg atau glycerol tidak dapat dipakai, maka diberi Mannitol 20% 1-2 gr/kgBB dalam infus 60 tetes/menit)
  • Acetazolamide langsmig 500 mg (2 tablet), kemudian 250 mg tiap 6 jam
  • Timolol 0,25% - 0,5 % tetes tiap 12 jam
II. Menekan reaksi radang dengan Kortikosteroid topikal.
III. Bila TIO sudah turun 30 mmHg, dapat dilakukan pembedahan ekstraksi katarak.


Tags: Definisi Glaukoma, Pathofisiologi Gloukoma, Glaucoma, Glaucoma Facolitik, Penetalaksanaan Gloukoma, Pengobatan Gloukoma, Penyebab Glaukoma, Gejala Glaukoma, Obat glaukoma, Journal medis Glaukoma, Artikel glaukoma,

Read More......

Baca Juga

First Aid

Popular Posts

Terbaru

Baca Juga

Followers

Statistic

Free Page Rank Tool TopOfBlogs

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Copyright@2009-2012 By Penatalaksanaan Medik | supported by Nurse | Powered By Blogger
Home | Gawat Darurat | Prosedure | Tinjauan Medis | Picture
Contact | Privacy Policy